Ramadhan dalam perspektif tasawuf adalah perjalanan spiritual yang mengajarkan pengendalian diri, penyucian hati, dan mendekatkan diri kepada Allah untuk mencapai derajat Muslim kaffah.
RAMADHAN bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga momentum spiritual bagi seorang Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam perspektif tasawuf, Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, melainkan juga tentang perjuangan menaklukkan hawa nafsu, memperdalam hubungan dengan Allah, serta membangun pribadi Muslim yang kaffah.
Tasawuf dalam Islam adalah usaha, proses, dan perjuangan untuk menjadi seorang Muslim sejati yang tidak hanya tunduk kepada syariat, tetapi juga memahami esensi keimanan dan ihsan.
Tasawuf merupakan bagian dari Islam yang menekankan penyucian jiwa (tazkiyatun nafs). Dalam ajaran ini, seseorang harus berjuang untuk membersihkan hati dari sifat-sifat tercela seperti riya, takabur, hasad, dan cinta dunia yang berlebihan.
Ramadhan menjadi waktu yang sangat tepat untuk melakukan pembersihan hati ini karena suasana yang lebih kondusif untuk beribadah dan merenung.
Dalam tasawuf, terdapat tiga langkah utama dalam mendekatkan diri kepada Allah: tazkiyatun nafs (penyucian jiwa), taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah), dan hudhurul qalb ma’allah (menghadirkan hati bersama Allah).
Puasa di bulan Ramadhan adalah sarana untuk mencapai ketiga langkah ini. Menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu bukan hanya latihan fisik, tetapi juga latihan ruhani untuk menaklukkan dorongan rendah dan meningkatkan kesadaran akan kehadiran Allah.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Ayat ini menunjukkan bahwa puasa bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga metode pendidikan dan pelatihan untuk mencapai derajat takwa.
Dalam tasawuf, takwa bukan hanya berarti takut kepada Allah, tetapi juga kesadaran penuh akan keberadaan-Nya dalam setiap aspek kehidupan.
Seorang sufi memandang puasa sebagai latihan untuk mengendalikan diri, bukan hanya dari makanan dan minuman, tetapi juga dari perkataan yang tidak bermanfaat, amarah, dan segala bentuk dosa kecil maupun besar.
Dengan demikian, Ramadhan menjadi momentum untuk membentuk karakter Muslim yang lebih sabar, tawakal, dan memiliki kendali diri yang kuat.
Dalam Islam, ada trilogi utama yang menjadi dasar bagi kehidupan seorang Muslim: Iman, Islam, dan Ihsan. Ketiganya merupakan pilar yang harus dipahami dan diamalkan agar seseorang menjadi Muslim yang kaffah.