QATAR dikenal sebagai negara kecil di Timur Tengah. Kerajaan sebagaimana Dubai dan Abudabi, yang didirikan oleh Syaik atau bohir triliurder. Jangan heran kalau pilar istananya berlapis emas, dan wanitanya dari berbagai bangsa.
Tahun 2022 ini Qatar menjadi tuan rumah ajang sepakbola Piala Dunia. Dikabarkan ini event dengan biaya terbesar di sepanjang sejarah Piala Dunia, diperkirakan sebesar 400 triliun. Event yang diikuti berbagai negara, minus Indonesia.
Delapan stadion klas internasional dibangun, dan tentu menguras tenaga serta pikiran karena over work. Dipersiapkan sejak Qatar ditunjuk sebagai tuan rumah setelah Piala Dunia 2018. Satu di antara stadion itu konon dibangun dengan tehnik knock down, di atas semacam kontainer raksasa.
Jadi apa ukuran besar – kecil negara. Dalam Pertemuan G20 berbagai negara, Qatar bahkan tidak ikut serta karena tidak memenuhi syarat sebagai negara anggota G20.
Dibanding Indonesia dengan wilayah luas tanah air, wilayah Qatar kecil tapi secara ekonomi memiliki strata besar. Bagaimana dengan tingkat ekonomi Indonesia, yang diperkirakan pada 2040 baru bisa menjadi negara berskala maju.
Pada pertandingan hari pertama, Arab melawan Argentina, Arab unggul 1-0 dari kesebelasan warisan Diego Maradona itu. Tak bisa dibayangkan kegembiraan Raja Arab, dan hadiah yang diberikan untuk setiap pemain.
Pada pertandingan hari kedua, Jepang melawan Jerman, Jepang unggul 2-1. Sampai di sini dengan masygul kita bertanya, di mana Indonesia. Ya, ini turnamen dengan peserta atas nama negara. Jadi reputasi bangsa benar mendapat sorotan dunia. Bahwa, negara baik dilihat dari kesebelasan nasionalnya.
Lanjut dengan sakit pula kita bertanya, bagaimana dengan Kanjuruhan. Peristiwa mecoreng nama PSSI dan bangsa kita. Seratus orang lebih meregang nyawa di lapangan hijau. Sudah sebulan lewat kasusnya belum terbuka, dan tuntutan keluarga para korban belum bisa dipastikan.
Ini berbeda dengan kasus Sambo yang memakan waktu sebulan lebih dalam penyidikan, dan dua bulan lebih dalam persidangan. Masyarakat disuguhi sarapan, makan siang, makan malam dengan menu menjijikkan.
Halo, di sini kami penonton fanatik sepakbola nasional maupun internasional. Dan kami sedang menunggu jawaban, benarkan bangsa yang luhur bisa dilihat dari hijaunya lapangan hijau dan sportivitas sepakbolanya tanpa korupsi.***