Scroll untuk baca artikel
Blog

Mengenal Abah Guru Sekumpul, Ulama Besar dari Kalimantan Selatan

Redaksi
×

Mengenal Abah Guru Sekumpul, Ulama Besar dari Kalimantan Selatan

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Puncak acara Haul Syekh Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Guru Sekumpul yang ke-18 digelar pada Ahad (29/01/2023). Haul ini biasa diadakan setiap tanggal 5 Rajab dan dipusatkan di Musala Ar-Raudhah Sekumpul, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Jemaah dari berbagai penjuru pulau Kalimantan bahkan luar pulau sudah menempati posisi shaf dan melaksanakan Salat Asar di sepanjang ruas Jalan Sekumpul. Mereka yang datang lebih awal agar dapat lebih leluasa menunggu pelaksanaan Haul Guru Sekumpul yang akan dimulai setelah Salat Magrib di Musala Ar-Raudhah.

Wakil Presiden RI Maruf Amin, pada Kamis (26/1/2023) lalu, hadir dalam rangkaian Haul Akbar ke-18 ini.

Dalam ceramahnya, Kiai Ma’ruf Amin menyinggung pentingnya keberadaan orang-orang saleh di Indonesia. Ini karena, selain sebagai syiar Islam, doa orang-orang saleh dikabulkan.

Kiai Ma’ruf pun mengutip ayat dalam Alquran, tentang janji Allah SWT yang mencintai hamba-Nya yang saleh dan akan mengabulkan seluruh permintaannya.

Orang saleh ini adalah sosok yang dekat dengan Allah SWT dengan selalu menjalankan semua perintah-Nya baik wajib maupun sunah dan menjauhkan dari segala larangan-Nya.

“Orang seperti inilah, orang saleh, yang kita butuhkan di negeri ini. Karena kalau dia meminta kepada Allah SWT, maka dikabulkan. Kalau dia memohon perlindungan, dikabulkan,” kata Kiai Ma’ruf.

Profil Abah Guru Sekumpul

Abah Guru Sekumpul atau nama aslinya Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari, adalah salah seorang ulama yang populer di Kalimantan. Ia lahir pada 11 Februari 1942 atau 27 Muharram 1361 H di desa Tunggul Irang, Martapura, Kabupaten Banjar.

Guru Sekumpul merupakan putra dari pasangan Al-‘arif Billah Abdul Ghani putra Haji Abdul Manaf putra Muhammad Seman putra Haji Muhammad Sa’ad putra Haji Abdullah putra Al’alimul ‘alamah Mufti Khalid putra Al’alimul ‘allamah Khalifah Haji Hasanuddin putra Maulana Syeikh MuhammadArsyad Al-Banjari.

Ketika beliau tinggal di Desa Tunggulirang beliau tidak menyusu kepada ibu beliau, tetapi hanya mengisap air liur Al’arif Billah H. Abdurrahman atau Haji Adu hingga kenyang selama empat puluh hari.

Semenjak kecil beliau merupakan salah seorang anak yang terpelihara (mahfuzh). Kemana pun bepergian selalu ditemani.

Pernah suatu ketika Qusyairi ingin bermain-main ke pasar seperti layaknya anak sebayanya semasa kecil. Saat memasuki gerbang pasar, tiba-tiba muncul pamannya, Syaikh Seman Mulia di hadapannya dan memerintahkan untuk pulang. Orang-orang tidak ada yang melihat Syekh, begitu juga sepupu yang menjadi ”bodyguard”-nya. Dia pun langsung pulang ke rumah.

Sifat pembawaan beliau dari kecil yang lain dari yang lain diantaranya adalah beliau tidak pernah bermimpi basah (ihtilam).

Pendidikan

Nama kecilnya adalah Qusyairi. Sedari belia, Qusyairi selalu berada di samping kedua orang tua dan nenek beliau yang bernama Salbiah. Beliau dididik dengan penuh kasih sayang dan berdisiplin dalam pendidikan agama.

Guru Sekumpul saat berusia 7 tahun mengikuti pendidikan formal di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, Martapura. Kemudian tahun 1955 pada usia 13 tahun, ia melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Darussalam, Martapura.

Pada masa ini ia sudah belajar dengan guru-guru besar yang spesialis dalam bidang keilmuan seperti, al-Alim al-Fadhil Sya’rani Arif, al-Alim al-Fadhil Husain Qadri al-Alim al-Fadhil Salim Ma’ruf, al-Alim al-Allamah Syaikh Seman Mulia, al-Alim Syaikh Salman Jalil, al-Alim al-Fadhil al-Hafizh Syaikh Nashrun Thahir KH. Aini Kandangan.

Tiga yang terakhir merupakan gurunya yang secara khusus untuk pendalaman Ilmu Tajwid.