BARISAN.CO – Rabiul Awal merupakan bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Pada bulan ini biasanya masyarakat ada tradisi menyambut kelahiran Nabi Muhammad. Selama 12 hari masyarakat membacakan kitab-kitab sirah Nabi. Terlebih pembacaan kitab Al-Barzanji atau syair Barzanji karya Syekh Ja’far al-Barzanji bin Husin bin Abdul Karim.
Menyambut kelahiran Nabi Muhammad merupakan luapan kegembiraan yang mengakar. Bergembira sosok teladan dan panutan yang mampu menerangi alam semesta ini dengan rasa cinta dan persaudaraan.
Kegembiraan menyambut kelahiran dan tentunya perayaan maulid ini tidak hanya dirasakan oleh umat Islam, namun juga non-muslim. Sebagaimana dinukil nari Nu Online; Setiap hari Senin, Abu Lahab diringankan siksanya, karena ia senang atas kelahiran Nabi. Bahkan Abu Lahab memerdekakan budak perempuannya, Tsuwaibah al-Aslamiyyah untuk menyusui Nabi.
Dalam Shahih al-Bukhari disebutkan:
قَالَ عُرْوَةُ وثُوَيْبَةُ مَوْلَاةٌ لِأَبِي لَهَبٍ كَانَ أَبُو لَهَبٍ أَعْتَقَهَا فَأَرْضَعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا مَاتَ أَبُو لَهَبٍ أُرِيَهُ بَعْضُ أَهْلِهِ بِشَرِّ حِيبَةٍ قَالَ لَهُ مَاذَا لَقِيتَ قَالَ أَبُو لَهَبٍ لَمْ أَلْقَ بَعْدَكُمْ غَيْرَ أَنِّي سُقِيتُ فِي هَذِهِ بِعَتَاقَتِي ثُوَيْبَةَ
“Urwah berkata, Tsuwaibah adalah budak Abu Lahab. Ia dimerdekakan oleh Abu Lahab, untuk kemudian menyusui Nabi. Ketika Abu Lahab meninggal, sebagian keluarganya bermimpi bahwa Abu Lahab mendapatkan siksa yang buruk. Di dalam mimpi itu, Abu Lahab ditanya. Apa yang engkau temui? Abu Lahab menjawab, aku tidak bertemu siapa-siapa, hanya aku mendapatkan keringanan di hari Senin karena aku telah memerdekakan Tsuwaibah.”
Bila Abu Lahab sebagai non-Muslim yang sangat memusuhi Nabi Muhammad di sepanjang hidupnya, mendapatkan dispensasi siksa atas kegembiraannya merayakan momen kelahiran (maulid) Nabi Muhammad.
Bagaimana dengan seorang Muslim yang merayakannya?
Sebagaimana pandangan al-Hafizh Syamsuddin Muhammad bin Nashiruddin al-Damasyqi mengutip Syekh Sayyid Muhammad bin Alawi al-dalam kitab al-I’lam bi Fatawi Ulama al-Islam Haula Maulidihi ‘alaihi al-Shalatu wa al-Salam, hal. 14:
إذا كان هذا كافرا جاء ذمــــــــه * بتبت يداه في الجحيم مخلدا
“Bila Abu lahab ini adalah seorang non-Muslim yang jelas dicela dalam ayat ‘tabbat yada’, ia kekal di neraka Jahim.”
أتى أنه في يوم الإثنين دائمـــــــا * يخفف عنه للسرور بأحمدا
“Ia mendapatkan keringanan siksa di setiap hari Senin, karena gembira atas kelahiran Nabi Ahmad.”
فما الظن بالعبد الذي طول عمره * بأحمد مسرورا ومات موحدا
“Bagaimana dugaanmu terhadap seorang hamba yang bergembiara atas kelahiran Nabi Ahmad di sepanjang umurnya dan mati dalam keadaan bertauhid?”
Peringatan atau perayaan maulid Nabi Muhammad bukan sekadar seremonial, bersenang-senang, dan berkumpul. Namun ada esensi untuk memperdalam kisah perjuangannya dan tentunya memupuk rasa cinta kepada baginda Nabi Muhammad Saw.
Selain itu menyambut dan merayakan maulid Nabi Muhammad sebagai upaya untuk memperkuat hubungan jamaah dan persatuan umat. Dan tentunya mendapatkan keutamaan memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw.
Keutamaan Maulid Nabi Muhammad
Menurut keterangan kitab An-Ni’matul Kubra ‘alal ‘Alami fi Maulidi Sayyidi Waladi Adam” karya Imam Ibnu Hajar al-Haitami (909-974 H. / 1503-1566 M.). Dijelaskan tentang keutamaan-keutamaan memperingati maulid Nabi Muhammad Saw berikut ini:
1. Abu Bakar As-Shidiq
من أنفق درهما على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم كان رفيقي في الجنة
“Barangsiapa membelanjakan satu dirham untuk mengadakan pembacaan Maulid Nabi Muhammad Saw, maka ia akan menjadi temanku di surga.”
2. Umar bin Khattab
من عظم مولد النبي صلى الله عليه وسلم فقد أحيا الإسلام