Scroll untuk baca artikel
Kolom

Ihwal Hutan dan Sungai

Redaksi
×

Ihwal Hutan dan Sungai

Sebarkan artikel ini
Oposisi Terbuka
Imam Trikarsohadi

Ketika keserakahan manusia menguasai alam, hutan lenyap, sungai tercemar, dan bencana pun menjadi harga yang harus dibayar.

Oleh: Imam Trikarsohadi
(Dewan Pakar Pusat Kajian Manajemen Strategik).

AKIBAT keserakahan mencari laba, bebagai hutan di.Jawa Barat dialihfungsikan sonder prosedur, sungai-sungai pun demikian, dibisniskan secara illegal, disumbat alirannya dan bahkan dilenyapkan.

Lalu, ketika hujan turun lebat, air dari puncak gunung dan bukit tanpa reserver; mengalir liar menerjang apapun yang berada di dataran yang lebih rendah.

Situasi makin dramatis karena sungai-sungai yang semestinya menjadi kanal saluran air, tak kuasa memerankan fungsinya lantaran dirinya telah diperkosa keserakahan para pencari laba. Sejurus kemudian, manusia hiruk pikuk karena harta bendanya bundas diterjang banjir.

Apa boleh buat, bencana yang disebabkan oleh manusia ini justru lebih besar dibanding kerusakan akibat bencana alam.

Ini mengingat kerusakan yang dilakukan bisa terjadi secara terus menerus dan cenderung meningkat. Kerusakan ini umumnya disebabkan oleh aktifitas manusia yang tidak ramah lingkungan seperti perusakan hutan dan alih fungsi hutan, pertambangan, pencemaran udara, air, dan tanah dan lain sebagainya.

Beberapa fakta terkait tingginya kerusakan lingkungan di Indonesia akibat kegiatan manusia antara lain; laju deforestasi mencapai 1,8 juta hektar/tahun yang mengakibatkan 21% dari 133 juta hektar hutan Indonesia hilang.

Hilangnya hutan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan, meningkatkan peristiwa bencana alam, dan terancamnya kelestarian flora dan fauna.

Selain itu, 30% dari 2,5 juta hektar terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan. Kerusakan terumbu karang meningkatkan resiko bencana terhadap daerah pesisir, mengancam keanekaragaman hayati laut, dan menurunkan produksi perikanan laut.

Keserakahan para pencari laba juga menyebabkan tingginya pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah, dan pencemaran laut di Indonesia.

Bahkan pada 2010, Sungai Citarum pernah dinobatkan sebagai Sungai Paling Tercemar di Dunia oleh situs huffingtonpost.com. World Bank juga menempatkan Jakarta sebagai kota dengan polutan tertinggi ketiga setelah Beijing, New Delhi dan Mexico City.

Alam dan lingkungan hidup menjadi tempat tinggal dan hidup manusia. Kondisi lingkungan akan berpengaruh langsung terhadap kondisi manusia. Karena itu sudah selayaknya tidak memperkosa dan memperdaya alam lingkungan semena-mena.

Sejatinya, jika mau berpkir sedikit saja, sungai-sungai yang sudah termat banyak dimajalkan oleh tindak keserakahan, hakikatnya dalam berbagai budaya dan keyakinan, sungai melambangkan perjalanan hidup, kelestarian, dan kedamaian.

Oposisi Terbuka
Kolom

Puasa Ramadhan adalah jeda spiritual