Film bertema pertanian pertama di Indonesia, Seribu Bayang Purnama, tayang serentak mulai 3 Juli 2025 di bioskop-bioskop favorit Anda
BARISAN.CO — Film “Seribu Bayang Purnama” akan mulai tayang serentak di seluruh jaringan bioskop nasional pada 3 Juli 2025. Penonton dapat menyaksikannya di jaringan bioskop ternama seperti XXI, CGV, CINEPOLIS, dan SAM’S STUDIO, yang tersebar di berbagai kota besar Indonesia.
Saksikan di sejumlah kota melalui bioskop-bioskop berikut: AEON Mall Jakarta Garden City (JGC) di Jakarta, Depok Mall di Depok, Eco Plaza Cikupa di Tangerang, Bekasi Cyber Park di Bekasi, Miko Mall di Bandung.
Juga, JWALK Jogja di Yogyakarta, BG Junction di Surabaya, Sunrise Mall di Mojokerto, SUN City di Sidoarjo, Pakuwon Mall di Solo, Citimall di Baturaja, dan Citi Mall di Lahat.
Film ini disutradarai oleh Yahdi Jamhur, jurnalis televisi dan pembuat film dokumenter kawakan, dengan skenario kuat karya Swastika Nohara, peraih dua Piala Maya dan nomine FFI 2014.
Deretan aktor dan aktris kenamaan turut memperkuat film ini. Marthino Lio berperan sebagai Putro, tokoh utama sekaligus representasi petani muda masa depan.
Givina Lukita Dewi memerankan Ratih, perempuan gigih yang bercita-cita membangun toko petani. Nugie sebagai Budi, Whani Darmawan sebagai Gatot, serta aktor muda Aksara Dena turut meramaikan kisah inspiratif ini.
Sinopsis: Seribu Bayang Purnama
“Seribu Bayang Purnama” bukan sekadar film drama, melainkan sebuah seruan kesadaran kolektif terhadap kondisi riil petani Indonesia.
Dengan latar desa-desa indah di Yogyakarta, film ini menyajikan visual sinematik menawan berlatar sawah, embun pagi, dan hangatnya kehidupan pedesaan, seraya membongkar realitas pahit yang dialami petani kecil akibat kapitalisasi pertanian dan dominasi pupuk kimia pabrikan.
Tokoh utama, Putro Hari Purnomo, adalah pemuda kota yang memutuskan pulang kampung. Tak tahan melihat para petani di desanya terus-menerus terjebak dalam utang kepada rentenir karena ketergantungan terhadap pupuk kimia dan sistem pertanian konvensional yang mahal.
Ia bertekad memperkenalkan Metode Tani Nusantara metode pertanian alami yang murah, mudah, dan efisien.
Putro bukan pahlawan instan. Ia dihadapkan pada berbagai tantangan. Salah satunya adalah konflik tajam dengan para juragan pupuk kimia, yang merasa bisnis mereka terancam oleh gerakan tani alami. Penolakan dari sebagian warga, intimidasi, dan sabotase menjadi ujian berat.
Di tengah tekanan itu, hadir Ratih, seorang perempuan cerdas yang mendukung perjuangan Putro dengan caranya sendiri, mendirikan toko khusus hasil pertanian alami sebagai pasar alternatif bagi petani lokal.
Chemistry antara Putro dan Ratih menjelma jadi kisah cinta yang mengharukan, tak hanya soal perasaan, tapi juga tentang perjuangan dan komitmen bersama membangun kesejahteraan petani.