Opini

Titik Mula Kehancuran Rumah Tangga itu Bernama Kecurigaan

Opini Barisan.co
×

Titik Mula Kehancuran Rumah Tangga itu Bernama Kecurigaan

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi: Freepik.com
Oleh: Anatasia Wahyudi

Bagaimana perasaanmu ketika seseorang yang kau cintai tiba-tiba pergi menemui perempuan lain? Beribu pertanyaan muncul di kepala. Ingin bertanya, namun takut jika kekhawatiranmu memang sebuah kenyataan.

Pikiranmu semakin liar. Kecurigaanmu terus melayang.

Inti dalam hubungan antara sepasang manusia ialah kepercayaan. Jika rasa percaya itu hilang, maka terkikis perlahan rasa di dalam dada. Ingin menampik, tak bisa. Ingin menghadapinya, tak miliki nyali yang begitu besar.

Seperti yang bisa kita pelajari dari Drama Korea bergenre romance “Love Scene Number”. Di episode dua, drama ini mengisahkan tentang sepasang suami istri yang bekerja di usaha pembuatan furniture milik bersama. Menghabiskan waktu selama 24 jam dalam 7 hari. Nyatanya tak menjamin bahwa kebersamaan itu akan menghindari kecurigaan.

Ketika sang istri melihat suaminya terbangun tengah malam. Istri pun mengikuti diam-diam dan melihat bahwa suaminya pergi ke rumah sakit menemui perempuan lain.

Takut bertanya. Berusaha menghilangkan curiga. Namun apa daya, amarah pun siap untuk meledak.

Dalam keadaan penuh marah, istrinya pun pergi dari rumah. Bukan untuk menenangkan diri, akan tetapi menemui lelaki lain.

Setidaknya, ia harus membalas perlakuan suaminya. Itulah yang tertulis dalam Undang-Undang Hammurabi “Mata Ganti Mata”.

Istrinya menganggap perselingkuhan harus dibalas dengan perselingkuhan. Namun nahas baginya. Ketika sedang berselingkuh dengan laki-laki lain, ia tak menjawab panggilan telepon dari suaminya. Akan tetapi, laki-laki yang diselingkuhinya sengaja mengangkat telepon tersebut sehingga suaminya mendengar suara istrinya.

Suaminya menghubungi karena ingin memberi kabar bahwa ayahnya sekarat. Kehilangan ayah sekaligus ketahuan berselingkuh membuat si istri berada di titik terendah sehingga ia meminta cerai dari suaminya.

Akan tetapi, suaminya memaafkan. Suaminya menolak dan mengatakan harus tetap bersama sampai tua karena mereka adalah keluarga satu sama lain.

Jika saja, istrinya menanyakan perihal kecurigaannya tersebut kepada suaminya. Tentu ia takkan menyesali perbuatannya tersebut.

Perselingkuhan memang tak berarti harus dalam arti berhubungan badan. Akan tetapi, perasaan yang telah berpindah ke orang lain juga dinamakan selingkuh.

Menjalin hubungan rumah tangga memang tak mudah. Namun masalah akan ringan jika diatasi bersama dan saling terbuka. Tanpa saling menimbulkan kecurigaan atas pertanyaan yang terus membara di kepala maupun dada.

Jika menikah adalah penyatuan dua hati. Bukankah menjaga perasaan satu sama lain juga perlu dilakukan? []


Anatasia Wahyudi, Staf Barisanco.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *