Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Abu Ma’shar, Bapak Astrologi dari Persia

Redaksi
×

Abu Ma’shar, Bapak Astrologi dari Persia

Sebarkan artikel ini

Sayangnya, tak banyak umat Islam di era modern yang mengetahui kisah hidup Abu Ma’shar. Para sejarawan sains pun sangat jarang mengupas kisah hidup sang ilmuwan.

Tak heran, jika banyak hal dalam sejarah hidup sang ilmuwan yang masih misterius dan menjadi perdebatan di kalangan sejarawan.

Sejarah hidup Abu Ma’shar

Menurut Yamamoto, Abu Ma’shar terkenal dengan karya astrologinya. Yamamoto menuturkan, Abu Ma’shar pernah menulis tentang ilmu perbintangan, termasuk tabel astronomi.

Ada beberapa pertanyaan mengenai tanggal kelahiran dan kematiannya, karena pendahulunya mengetahuinya hanya semata-mata berdasarkan pada kutipan horoskop (zodiak) yang tak dikenal dalam bukunya yang berjudul The Revolutions of the Years of Nativities, papar Yamamoto.

Sejarah hidup Abu Ma’shar, tutur Yamamoto , ditulis seorang sejarawan pada abad ke-10 M bernama Ibnu al-Nadim (wafat 995/998 M). Salah satu misteri yang belum terungkap secara pasti tentang Abu Ma’shar adalah tahun wafatnya. Yamamoto memperkirakan, Abu Ma’shar wafat di Irak pada tahun 886 M.

Sementara itu, al-Biruni (973-1048M) dalam karyanya bertajuk Chronology of the Ancient Nation menuturkan bahwa Abu Ma’shar masih melakukan pengamatan astrologi pada 892 M atau enam tahun sesudah tahun kematian yang disebutkan oleh para sejarawan. Al-Biruni dalam karyanya Book of Religions and Dynasties juga mengambil referensi dari karya Abu Ma’shar mengenai posisi bintang yang ditulis pada 896/897 M.

Karya tersebut ditulis Abu Ma’shar ketika berusia lebih dari 100 tahun. Ibnu al-Nadim dalam karyanya Fihrist mengungkapkan bahwa Abu Ma’shar merupakan ilmuwan dan filsuf yang menentang pandangan Helenistik.

Pandangan Abu Ma’shar ini kemudian dimanfaatkan al-Biruni untuk memetahkan pendapat filsuf Islam sebelumnya yakni al-Kindi (801-873 M). Ketenaran Abu Ma’shar sebagai ahli astrologi hebat di istana Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad membuat namanya masuk dalam cerita tentang astrologi.

Bahkan, Ibnu Tawus (1193-1266 M) mengumpulkan beberapa anekdot Abu Ma’shar dalam karyanya berjudul Faraj al-Mahmum (Biografi Para astrolog). Sayangnya, semua karya Abu Ma’shar dalam ilmu astronomi telah hilang, hanya karya astrologinya dalam bahasa Arab yang masih tersisa.

Nama Abu Ma’shar tampaknya lebih populer di dunia Barat, ketimbang di dunia Islam modern. Nyaris tak ada pelajaran yang diajarkan di sekolah di Indonesia yang menyebut nama dan kontribusi Abu Ma’shar di era kekhalifahan. Sungguh sangat ironis.

Karya Bapak Astrolog

Meski Abu Ma’shar telah tiada belasan abad silam, namun namanya tetap dikenang dan diperbincangkan kalangan ilmuwan, khususnya di dunia Barat.