Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Abu Ma’shar, Bapak Astrologi dari Persia

Redaksi
×

Abu Ma’shar, Bapak Astrologi dari Persia

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Abu Ma’shar adalah bapak astrologi muslim dari persia, sehingga ia mendapatkan gelar Al-Falaki. Para Ilmuwan menyematkan gelar tersebut di era kejayaan kekhalifahan Abbasiyah.

Gerrit Bos dalam karyanya berjudul “Abu Ma’shar: The abbreviation of the Introduction to Astrology, Together with the Medieval Latin Translation of Adelard of Bath,” menyebut Abu Ma’shar sebagai astrolog hebat di abad ke-9 M.

Karya-karya Abu Ma’shar dalam bidang astrologi begitu populer dan sangat ber pengaruh terhadap peradaban masyarakat Eropa Barat di abad pertengahan. Sederet mahakarya Abu Ma’shar bapak Astrologi dari Persia ini terlah telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.

Menurut Gerrit Bos, Abu Ma’shar tak hanya berpengaruh dalam bidang astrologi, ia juga berkontribusi dalam bidang kedokteran..

Ilmuwan Serba Bisa

Sebagaimana diungkapkan Gerrit Bos, soal epidemi juga menjadi salah satu pengaruh besar Abu Ma’shar dalam bidang kedokteran di Eropa. Ia menghubungkan masalah kedokteran dengan fenomena luar angkasa lewat teorinya yang sangat populer yakni Theory of the Great conjunctions.

Menurut teori ini, hubungan planet tertentu dapat menyebabkan bencana alam dan politik.  Salah satu bencana besar yang dihubung-hubungkan para dokter di abad ke -14 dengan teori yang dicetuskan Abu Ma’shar adalah fenomena Black Death.

Hal ini menunjukkan betapa pemikiran Abu Ma’shar begitu berpengaruh terhadap peradaban Barat.

Keiji Yamamoto dalam tulisannya tentang sejarah hidup Abu Ma’shar mengungkapkan, ilmuwan Muslim terkemuka di abad ke-9 M itu terlahir pada 10 Agustus 787 M di Balkh, Persia (sekarang Afganistan).

Sejatinya ia memiliki nama lengkap Jafar ibnu Muhammad Abu Ma’shar al-Balkhi. Selain dikenal dengan sebutan Abu Ma’shar, atrolog yang satu ini juga biasa disebut dengan panggilan Abulmazar.

Abu Ma’shar bapak astrologi dari Persia ini adalah seorang ilmuwan serbabisa. Selain dikenal sebagai seorang ahli astrologi (ilmu perbintangan), Abu Ma’shar juga menguasai matematika, astronomi, dan filsafat Islam.

Ia menekuni matematika saat berusia 47 tahun, setelah kenal dan berkecimpung dalam dunia astrologi. Ia merupakan murid dari seorang guru yang sangat legendaris, yakni al-Kindi, ilmuwan Muslim di abad ke-8 M.

Seperti sang guru, nama Abu Mas’har begitu populer di dunia Barat. Abu Ma’shar telah berjasa menyatukan pelajaran ilmu perbintangan dari berbagai sumber Islam yang luas. Menurut Yamamoto, Abu Ma’shar juga merupakan salah satu orang yang berperan sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam.

Sayangnya, tak banyak umat Islam di era modern yang mengetahui kisah hidup Abu Ma’shar. Para sejarawan sains pun sangat jarang mengupas kisah hidup sang ilmuwan.

Tak heran, jika banyak hal dalam sejarah hidup sang ilmuwan yang masih misterius dan menjadi perdebatan di kalangan sejarawan.

Sejarah hidup Abu Ma’shar

Menurut Yamamoto, Abu Ma’shar terkenal dengan karya astrologinya. Yamamoto menuturkan, Abu Ma’shar pernah menulis tentang ilmu perbintangan, termasuk tabel astronomi.

Ada beberapa pertanyaan mengenai tanggal kelahiran dan kematiannya, karena pendahulunya mengetahuinya hanya semata-mata berdasarkan pada kutipan horoskop (zodiak) yang tak dikenal dalam bukunya yang berjudul The Revolutions of the Years of Nativities, papar Yamamoto.

Sejarah hidup Abu Ma’shar, tutur Yamamoto , ditulis seorang sejarawan pada abad ke-10 M bernama Ibnu al-Nadim (wafat 995/998 M). Salah satu misteri yang belum terungkap secara pasti tentang Abu Ma’shar adalah tahun wafatnya. Yamamoto memperkirakan, Abu Ma’shar wafat di Irak pada tahun 886 M.