Scroll untuk baca artikel
Risalah

Ajaran Jawa Tentang Kehidupan, Falsafah Kemerdekaan

Redaksi
×

Ajaran Jawa Tentang Kehidupan, Falsafah Kemerdekaan

Sebarkan artikel ini

Ajaran moral dan falsafah hidup orang Jawa masih sangat relevan hingga saat ini yakni ajaran jawa tentang kehidupan Kukilo, Wanita, Curigo, Turonggo, Wisma.

BARISAN.CO – Apakah kita sudah merdeka? Sebuah pertanyaan ringan namun sangat berat ketika ingin menjawabnya. Dalam konteks kenegaraan, tentu kita sudah merdeka. Kemerdekaan yang dikumandangkan karena kita sudah outside yakni memiliki maksud bahwa kita sudah merdeka dalam bentuk penjajahan dari luar yakni penjajahan kolonial. Namun dalam konteks inside yakni dari dalam kita masih terjebak pada penjajahan yang terus berlanjut baik aspek ekonomi, politik, pendidikan maupun kebudayaan.

Akan menjadi persoalan besar kalau kita meninjaunya dari inside kemerdekaan. Dan selama ini dalam menjalani rutinitas kemerdekaan acapkali sebagai bentuk kesenangan dan ekspresi tahunan yang terus berlanjut yakni peringatan hari ulang tahun kemerdekaan. Karena kita meyakini bahwa kita sudah merdeka dalam konteks outside.

Namun tidak menjadi soal karena kita memperingati ouside kemerdekaan. Maka kita merayakan kemerdekaan tersebut dengan suka cita sehingga kita merasakan kenikmatan dan kebahagiaan bisa merasakan nikmatnya kemerdekaan. Sebagaimana kita ketahui masa penjajahan adalah masa buram bangsa ini.

Outside kemerdekaan ini sebagai perayaan ulang tahun dimana setiap tahun kita merayakannya. Ouside kemerdekaan ini berbagai macam perayaan dan hidangan akan nikmatnya perhelatan beragam acara dari berbagai daerah. Seperti malam tirakatan perayaan ulang tahun outside kemerdekaan, ajang perlombaan dan pertandingan dan tidak lupa upacara pengibaran bendera merah putih.

Meski kita menyadari masih terjajah pada wilayah inside. Namun disini tidak akan membahas pertanyaan awal yakni apakah kita sudah merdeka. Akan tetapi tidak akan lari dari landasan kemerdekaan itu sendiri baik itu kemerdekaan ouside maupun inside.

Falsafah Jawa

Marilah kita bicarakan tentang kedirian kita sebagaimana leluhur kita telah memberikan wejangan melalui falsafahnya. Yakni falsafah orang-orang jawa tentang diri kita, yang kita korelasikan dengan kemerdekaan yang hakiki dan kemerdekaan dengan materi.

Ada lima unsur falsafah ajaran jawa tentang kehidupan yang menjadi prioritas sederhana, akan tetapi memiliki makna luar biasa. Falsafah tersebut ada lima yakni; Kukilo (burung), Wanita (Wanita), Curigo (waspada/pusaka), Turonggo (kuda), Wisma (rumah).

1. Kukilo

Kukilo atau burung, bahwa masyarakat jawa suka memlihara burung sebagai hewan hiasan. Memiliki makna bahwa kita harus mampu menghadirkan kemerdekaan pada diri kita sebagaimana burung terbang di alam bebas.

Karena ia dipelihara maka memiliki maksud setidaknya dua hal yakni karena suaranya maka kita harus memiliki tutur kata yang baik. Sebab bentuknya maka secara fisik kita harus mampu menjadi diri yang kuat dan memiliki laku keindahan.

Dalam konteks konotasi maka kita harus memiliki harta benda, jika dulu masyarakat Jawa menyebutnya raja kaya berupa peternakan. Maka kemerdekaan ada pada diri ini jika kita juga memiliki usaha sampingan atau harta yang menjadi inguan atau peliharaan.

2. Wanito

Wanito mejadi perlambang wanita yakni kita harus mampu bersikap universal sebagaimana kedirian seorang ibu memiliki rasa kasih sayang dan kelembutan dan mensifat jiwa pamomong yakni merawat.

Pada dataran konotasi bahwa seorang raja memiliki beberapa istri atau selir. Namun pada era sekarang ini bukan yang dimaksud dari wanito adalah wanita atau istri itu sendiri. Akan tetapi memiliki relasi atau hubungan baik dengan orang lain.

3. Curigo

Curigo yakni memiliki maksud waspada dan pusaka (senjata), kita diajarkan untuk eling lan waspodo. Makna dari waspada ini bahwasanya diharapkan pada diri kita selalu memiliki kewaspadaan.