Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Opini

Ajip Rosidi, Anies Baswedan dan Buku

:: Yayat R Cipasang
7 Februari 2023
dalam Opini
Ajip Rosidi, Anies Baswedan dan Buku

Anies Baswedan bersama Ajip Rosidi di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin tahun 2017 (Foto: facebook @Anies Baswedan)

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

KEMARIN saya mendapat kiriman buku dari Penerbit Pustaka Jaya di Bandung, Jawa Barat. Judul bukunya sangat menarik “Bus Bis Bas”. Buka ini menjadi pelengkap koleksi saya sebelumnya berjudul “Badak Sunda & Harimau Sunda” dan “Ibu Haji Belum ke Mekah”.

Ketiga buku tersebut kumpulan kolom sastrawan dan munsyi Kang Ajip Rosidi di Harian Pikiran Rakyat dalam rubrik Stilistika yang hadir setiap Sabtu.

Buku ini sangat penting bagi penulis, editor, mahasiswa juga pejabat. Tulisan ini mengajarkan pada kita cara menulis yang baik dan benar. Kendati dalam praktiknya penggunaan bahasa sesuai dengan gaya selingkung masing-masing.

Masalah atau isu yang dibahas sangat sepele tetapi penting agar masyarakat Indonesia menggunakan bahasa dengan baik dan benar dengan tujuan akhir memiliki kebanggaan terhadap bahasa Indonesia. Bahasa yang sangat egaliter dan sangat cocok dengan sistem demokrasi.

BACAJUGA

Partai Pengusung Anies Sepakati Piagam Koalisi Perubahan, Ini 6 Poin Isinya

Partai Pengusung Anies Sepakati Piagam Koalisi Perubahan, Ini 6 Poin Isinya

24 Maret 2023
Walau Ada Spanduk Penolakan, Relawan Anies Surabaya Tak Tergoyahkan

Walau Ada Spanduk Penolakan, Relawan Anies Surabaya Tak Tergoyahkan

19 Maret 2023

Misalnya Kang Ajip memberi contoh bagaimana cara penulisan yang benar: bis, bus, atau bas. Sepertinya sepele. Kemudian menulis “pasca” itu digabung atau dipisah dengan kata di depannya.

Sepertinya memang sangat remeh tetapi memang ada yang tidak tahu tetapi ada juga yang cuek. Persoalan apakah nanti dipraktikkan dalam ranah publik seperti di media massa, itu tergantung gaya di masing-masing media.

Untuk beberapa tulisan di Pikiran Rakyat, Kang Ajip banyak yang tidak setuju. Pikiran Rakyat memiliki gaya selingkung sendiri sehingga Kang Ajip terpaksa tunduk dan menurut. Karena kebijakan itu sudah ditentukan dalam politik bahasa di masing-masing ruang redaksi.

Tempo, Republika, Kompas, Bisnis Indonesia dan Pikiran Rakyat memiliki gaya selingkung masing-masing. Dan itu diputuskan dengan pikiran yang matang tetapi tidak merusak kaidah bahasa justru memperkaya khazanah bahasa.

Namun, ketika kolom tersebut dibukukan. Kang Ajip kembali dengan keyakinan intelektualnya, tulisan dan istilah yang telah diubah oleh redaktur Pikiran Rakyat kemudian dikembalikan ke tulisan semula. Tulisan dengan gaya Kang Ajip Rosidi.

Kang Ajip termasuk sastrawan yang mahiwal. Mungkin di antara sastrawan atau tokoh lainnya memasukkan Kang Ajip sebagai sosok keras kepala dengan keyakinan dan argumennya. Karena itu Kang Ajip sering terlibat polemik dengan sejumlah intelektual.

Kang Ajip misalnya sempat mengembalikan penghargaan Habibie Award dari The Habibie Center karena tidak setuju dengan penghargaan yang sama diberikan kepada Prof. Dr. Herlina Lubis, guru besar sejarah Unpad, karena dianggap sejumlah karyanya terindikasi plagiarism.

Kang Ajip yang sudah menggeluti sastra sejak bangku SMP dan tak pernah lulus SMA, lebih memilih tinggal di Pabelan, Magelang, Jawa Tengah, setelah pensiun jadi dosen di Jepang. Kenapa tidak tinggal di Bandung atau di tanah kelahirannya Majalengka? Alasannya sangat unik, “biar ada jarak dalam mengkritisi Sunda”.

Persamaan Anies Baswedan dan Kang Ajip

Sekilas tidak ada hubungannya antara Anies Baswedan dengan Kang Ajip. Kendati tempat kelahiran Anies di Kuningan berdekatan dengan asal Kang Ajip di Jatiwangi, Majalengka.

Persamaan yang sebenarnya adalah soal ide dan konsep. Keduanya sama-sama mengakui pentingnya buku, sastra, menulis, membaca dan perlunya pusat kebudayaan yang representatif.

Anies adalah pencinta buku, gila baca dan sangat peduli dengan simpul-simbul kebudayaan. Itu dituangkan dengan revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) termasuk menyelamatkan harta karun Pusat Data Sastra HB Jassin. Kemudian menyediakan taman-taman bacaan di pusat keramaian warga.

Jauh sebelumnya ketika menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies menganggarkan dana sampai Rp146 miliar untuk menerjemahkan buku-buku sastra dan karya-karya sastrawan serta budayawan Indonesia ke dalam sejumlah bahasa untuk dipamerkan di Frankfurt Book Fair 2015.

Ohya, TIM yang kini dibangun kembali saat Anies menjabat gubernur DKI Jakarta, juga ada andil Kang Ajip Rosidi. Kok bisa?

Ya, Kang Ajip dan sastrawan Ramadhan KH serta pelukis Illen Surianegara sangat dekat dengan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Ikatan primordial, sama-sama asli Sunda.

Suatu hari Kang Ajib bersama sohibnya itu diajak keliling Jakarta oleh Ali Sadikin. Saat melewati kawasan Senen, Ali Sadikin bertanya kemana para seniman setelah Planet Senen digusur. Kang Ajip menjawab bahwa mereka kini berpencar, keleleran dan tak punya tempat lagi. Dari perjalanan itulah Ali Sadikin memutuskan untuk membangun gedung kesenian di Cikini yang sebelumnya bekas Kebun Binatang yang direlokasi ke Ragunan.

Di sinilah antara Anies dan Kang Ajip memiliki keterkaitan ide, intelektual dan sejarah.

Dalam buku “Bus Bis Bas” ada salah satu tulisan yang membahas tentang perlunya penerjemahan buku-buku asing bila bangsa Indonesia ingin segera menjadi bangsa yang maju. Sebelum meninggal, Kang Ajip berharap ada kebijakan seperti Restorasi Meiji yang sangat masif menerjemahkan buku asing sehingga Jepang menjadi seperti sekarang.

Mengimbuhi harapan Kang Ajip, saya berharap bila Anies menjadi presiden penerjemahan buku dilakukan secara masif. Bila sebelumnya menerjemahkan buku berbahasa Indonesia ke bahasa asing kini saatnya Anies membuat kebijakan menerjemahkan sebanyak-banyak buku bahasa asing ke bahasa Indonesia.

Di sinilah relevansinya Restorasi Meiji, Restorasi Partai Nasdem dan mungkin nanti lahir Restorasi Anies Baswedan. [rif]

Topik: Ajip RosidiAnies BaswedanBukuPusat Data Sastra HB Jassin
Yayat R Cipasang

Yayat R Cipasang

Menulis buku Selebritis Ramai-ramai Bidik Senayan (Madia Publisher, 2009), DPR Salah Gaul (Change, 2014), Yanti B Sugarda: Ibu Polling Indonesia (Change, 2014), Menulis Itu Asyik (Diva Press, 2020) dan Selendang untuk Anies (Alinea Publishing, 2022).

POS LAINNYA

Melemahnya Gerakan Sipil
Opini

Mengulik Melemahnya Gerakan Sipil dan “Student Movement”

27 Maret 2023
Puasa, Zakat dan Transformasi Sosial
Opini

Puasa, Zakat dan Transformasi Sosial

25 Maret 2023
pelarangan thrifting
Opini

Drama Pelarangan “Thrifting” Import

25 Maret 2023
Timnas Israel Bertanding di Indonesia, Jokowi Gagal Jadi ‘Little Sukarno’
Opini

Timnas Israel Bertanding di Indonesia, Jokowi Gagal Jadi ‘Little Sukarno’

24 Maret 2023
Larangan ASN Buka Puasa Bersama
Opini

Larangan ASN Buka Puasa Bersama Tidak Konsisten dengan Narasi Pemulihan Ekonomi

24 Maret 2023
Memangkas Reproduksi Kekerasan di Kampus Islam
Opini

Memangkas Reproduksi Kekerasan di Kampus Islam

22 Maret 2023
Lainnya
Selanjutnya
Duduk Perkara Kasus Gagal Ginjal Akut Kembali Muncul Hingga BPOM Tarik 3 Obat Sirup

Duduk Perkara Kasus Gagal Ginjal Akut Kembali Muncul Hingga BPOM Tarik 3 Obat Sirup

Negara Partitokrasi

Negara Partitokrasi, dan Kewajiban Menolak Perilaku Anti Demokrasi

TRANSLATE

TERBARU

Sejarah Asal Usul Penggunaan Mukena dalam Sholat, Bolehkah Berwarna-Warni?
Sosial & Budaya

Sejarah Asal Usul Penggunaan Mukena dalam Sholat, Bolehkah Berwarna-Warni?

:: Thomi Rifai
27 Maret 2023

BARISAN.CO - Mukena merupakan salah satu busana yang sudah lama dipakai oleh kaum hawa, terutama para muslim wanita di Indonesia...

Selengkapnya
putra nabi muhammad

Putra-Putri

27 Maret 2023
Melemahnya Gerakan Sipil

Mengulik Melemahnya Gerakan Sipil dan “Student Movement”

27 Maret 2023
Kisah Umar bin Khattab Membantak Malaikat Munkar Nakir

Kisah Umar bin Khattab Membentak Malaikat Munkar Nakir di Alam Kubur

27 Maret 2023
Mengenal Asal Muasal Sarung, Kain Serbaguna yang Menjadi Identitas Bangsa

Mengenal Asal Muasal Sarung, Kain Serbaguna yang Menjadi Identitas Bangsa

26 Maret 2023
Lainnya

SOROTAN

Melemahnya Gerakan Sipil
Opini

Mengulik Melemahnya Gerakan Sipil dan “Student Movement”

:: Pril Huseno
27 Maret 2023

Melemahnya Gerakan Sipil

Selengkapnya
Puasa, Zakat dan Transformasi Sosial

Puasa, Zakat dan Transformasi Sosial

25 Maret 2023
pelarangan thrifting

Drama Pelarangan “Thrifting” Import

25 Maret 2023
Timnas Israel Bertanding di Indonesia, Jokowi Gagal Jadi ‘Little Sukarno’

Timnas Israel Bertanding di Indonesia, Jokowi Gagal Jadi ‘Little Sukarno’

24 Maret 2023
Larangan ASN Buka Puasa Bersama

Larangan ASN Buka Puasa Bersama Tidak Konsisten dengan Narasi Pemulihan Ekonomi

24 Maret 2023
Memangkas Reproduksi Kekerasan di Kampus Islam

Memangkas Reproduksi Kekerasan di Kampus Islam

22 Maret 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang