Alissa Wahid temui warga Wadas dan menyampaikan tidak ada yang berubah dari pernyataan saya sebelum ini. Terkonfirmasi langsung i stand by my statements
BARISAN.CO – Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid mengunjungi warga di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah, Sabtu (13/2/2022)
“Pertemuan dengan warga yang pro maupun kontra membuat saya dapat informasi dari tangan pertama : warga desa Wadas. Dan tidak ada yang berubah dari pernyataan saya sebelum ini. Terkonfirmasi langsung i stand by my statements,” tulis Alissa di Twitter.
Statemen Alissa tidak berubah sejak mendengar persoalan yang menimpa warga Wadas, hingga ia bertemu langsung apa yang menjadi persoalan warga.
Sebelumnya dalam cuitannya, Alissa menyampaikan bahwa rakyat berhak berpendapat dan bertindak atas tanah air yang dimilikinya untuk kepentingan lebih besar. Ia menegaskan, kebijakan negara seharusnya ditunjukkan untuk kemaslahatan bagi rakyatnya. Bukan sebaliknya justru mengorbankan rakyat.
Dalam keterangan fanspage Wadas Melawan, Alissa juga berkali-kali berada di titik menemani warga yang lemah dan dilemahkan di berbagai kasus.
Alissa di akun Twitter miliknya @alissawahid, mengunggah dua foto yang menunjukkan dirinya sedang bersama warga Wadas yang berlatar KH Hasyim Asy’ari.
Putri sulung Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini, sebelumnya juga menyapaikan atas nama Gusdurian.
“Atas nama Gusdurian kami meminta Kapolda Jateng untuk mendapatkan warga Wadas yang ditahan. Juga meminta kepada Gub Jateng pak @ganjarpranowo untuk menunda pengukuran dll sampai kita selesai bermusyawarah, dan menghindarkan bentrokan antara rakyat dengan aparat Negara,” tulisnya.
Menurut Alissa akar masalah ini ada pada paradigma pembangunan kita. Rakyat diminta menyerahkan tanah airnya kepada negara, dengan dalih demi kepentingan lebih besar.
“Benar-benar rakyat itu dianggap kecil. Kalau menolak, dianggap membangkang kepada negara. Dianggap diprovokasi. Boleh ditindak,” imbuhnya.
Padahal, lanjut Alisaa mengatakan kalaupun untuk kepentingan lebih besar, rakyat tetap berhak berpendapat dan bertindak atas tanah airnya, sehingga proses nembung harus sampai di titik temu yang setara. Tidak boleh dikorbankan. Kaidahnya: kebijakan pemimpin harusnya ditunjukkan untuk kemaslahatan rakyat.
“Berapa banyak rakyat kecil yang sudah dikorbankan atas nama pembangunan? Sampai sekarang, setiap berada di Bandara Kulonprogo, saya selalu kirim fatihah berjuang pertahankan tanah airnya. Semoga mereka baik-baik saja. Sampai kapan terus berulang,” tulis Alissa. [Luk]