Scroll untuk baca artikel
Blog

Anak yang Tumbuh Miskin, Saat Dewasa Sulit Lepas dari Jerat Kemiskinan

Redaksi
×

Anak yang Tumbuh Miskin, Saat Dewasa Sulit Lepas dari Jerat Kemiskinan

Sebarkan artikel ini

Ditambahkan juga, para peneliti tidak menemukan bukti, menerima berbagai program transfer pemerintah memediasi efek tumbuh miskin pada pendapatan saat dewasa.

“Namun, pemerintah Indonesia telah menjalankan program yang bertujuan memutus mata rantai kemiskinan antar generasi yang disebut PKH (Program Keluarga Harapan). Apakah PKH memiliki manfaat jangka panjang merupakan bidang penelitian penting di masa depan,” tambahnya.

Salah satu faktor penyebab mengapa anak-anak miskin terus berjuang saat dewasa adalah pendidikan. Baik karena mereka tidak memiliki akses ke sekolah yang bagus, atau orang tua mereka tidak memiliki waktu atau sumber daya untuk membantu mereka, anak-anak yang tumbuh dalam kemiskinan sering kali memulai dari keadaan yang tidak menguntungkan yang dapat mempersulit pencapaiannya di kemudian hari.

Dalam laporan tahun 2017 dari Urban Institute, para peneliti menemukan, 62 persen anak-anak yang menghabiskan setidaknya separuh masa kecil mereka dalam kemiskinan melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pada usia 20 tahun. Sebagai perbandingan, angka itu adalah 90 persen bagi mereka yang tidak pernah mengalami kemiskinan.

Kesenjangan hanya melebar ketika datang ke perguruan tinggi. Sebuah laporan tahun 2015 dari Urban Institute menemukan, 23 persen anak-anak yang menghabiskan setidaknya separuh masa kecil mereka dalam kemiskinan mendaftar ke pendidikan menengah pada usia 25 tahun dibandingkan dengan 70 persen anak-anak yang tidak pernah miskin.

Sementara, sekitar 37 persen anak-anak yang tidak pernah miskin menyelesaikan kuliah pada usia 25 tahun, hanya 3 persen anak-anak dari latar belakang miskin mampu melakukan hal yang sama. Selain itu, studi itu mengungkapkan, kemiskinan berperan, bahkan ketika ras, jenis kelamin, pendidikan orang tua, dan faktor lainnya diperhitungkan.

Secara keseluruhan, Urban Institute menyimpulkan, hanya 16 persen anak-anak yang menghabiskan separuh masa kecil mereka dalam kemiskinan yang secara konsisten bekerja atau bersekolah dan sebagian besar keluar dari kemiskinan pada usia akhir 20-an.