Oleh: La Ode Basir
DINAMIKA berbangsa dan bernegara Indonesia telah sampai pada kondisi yang penuh masalah dan tantangan hingga puluhan tahun ke depan. Jika tidak dapat diatasi, maka akan mengancam keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun, jika ditangani secara baik, justeru memberi kesempatan untuk percepatan kemajuan NKRI.
Tantangan di bidang ekonomi antara lain diperlihatkan oleh indikator kemiskinan, indikator ketimpangan, dan berbagai indikator kesejahteraan rakyat. Beberapa indikator memang tampak sedikit membaik selama satu dekade terakhir, namun sebenarnya belum mencapai tingkat yang memadai, dan yang seharusnya telah bisa dicapai.
Tingkat kemiskinan sempat membaik perlahan, namun pandemi berdampak pada kenaikannya lagi. Artinya, kondisi kemiskinan sebenarnya masih rentan oleh guncangan eksternal yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Selain bencana seperti pandemi, dapat saja berupa guncangan ekonomi akibat dinamika ekonomi, politik dan keuangan global.
Tingkat ketimpangan dikedepankan oleh Pemerintah sebagai menurun dengan indikator rasio GINI dari BPS yang memang sempat sedikit menurun beberapa tahun. Padahal, jika dilihat dalam horison waktu yang panjang, rasionya masih lebih tinggi atau lebih timpang jika dibanding era Orde Baru.
Ketimpangan antar kelompok masyarakat dilihat dari berbagai indikator lain justeru terindikasi meningkat. Baik dilihat dari aspek pendapatan, aspek kekayaan, maupun akses terhadap berbagai layanan. Terlebih dalam suasana kehidupan sehari-hari masyarakat yang kasat mata.
Tantangan yang sangat terasa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat berupa ketersediaan dan keadilan atas layanan publik serta penegakan hukum. Penambahan infrastrukur fisik tidak beriringan dengan akses mudah dan murah bagi kebanyakan rakyat. Penambahan alokasi anggaran bagi aparat penegak hukum dan kemajuan teknologi informasi terlihat belum memperbaiki praktik penegakan hukum dan rasa keadilan bagi masyarakat luas.
Kemajuan teknologi produksi dan teknologi informasi telah dan masih akan memberi tantangan serius bagi NKRI. Kemampuan atau daya saing Indonesia amat bergantung pada penguasaan yang terus dimutakhirkan dalam aspek teknologi. Dalam hal teknologi informasi sering memberi masalah tambahan yang buruk serta memerlukan edukasi bagi rakyat kebanyakan.
Beberapa tantangan lain sangat erat dengan dinamika yang bersifat global. Diantaranya dalam aspek perdagangan dan keuangan internasional, kondisi politik regional dan internasional, serta isyu-isyu lingkungan hidup. Penentuan posisi dan peran Indonesia dalam hal-hal demikian menjadi sangat strategis.
Pada saat masalah dan tantangan makin berat dan bersifat kompleks, dinamika sosial politik negeri justeru ditandai isyu politik identitas. Hal yang dahulu biasa disebut sebagai isyu suku, agama, ras, dan antar suku (SARA). Isyu yang dapat saja berkembang menjadi faktor penghambat kemampuan NKRI menjawab tantangan zaman di masa kini dan mendatang.
Berbagai tantangan yang disebut di atas tentu saja merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa Indonesia. Namun, pemimpin nasional lah yang mestinya paling bertanggung jawab untuk menentukan strategi pokok serta menjalankan kebijakan-kebijakan utama yang konsisten. Berdasar dinamika politik selama ini, Pemimpin nasional dimaksud terutama adalah Presiden.
Kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk memilih Presiden yang mampu memimpin NKRI menjawab tantangan di atas adalah pada Pemilihan Presiden tahun 2024 mendatang. Presiden yang memiliki karakteristik, kapasitas dan rekam jejak hidup yang sesuai. Presiden yang visoner melihat apa yang ingin dicapai pada masa mendatang, beserta segala soalan dan tantangan yang akan dihadapi.