Scroll untuk baca artikel
Berita

Awalil: Pertumbuhan Ekonomi 8% dalam RPJMN 2025-2029 Dinilai Tidak Realistis

×

Awalil: Pertumbuhan Ekonomi 8% dalam RPJMN 2025-2029 Dinilai Tidak Realistis

Sebarkan artikel ini
Pertumbuhan Ekonomi 8%
Presiden Prabowo Subianto/Foto: Fb @PrabowoSubianto

Target pertumbuhan ekonomi Indonesia menuju 8% pada 2029 digadang-gadang sebagai lompatan besar, tetapi benarkah skenario ini realistis atau sekadar angan-angan?

BARISAN.CO – Skenario pertumbuhan ekonomi menuju 8% yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 dinilai hanya bersifat harapan tanpa strategi yang jelas.

Ekonom dari Bright Institute, Awalil Rizky, menilai bahwa target pertumbuhan tersebut lebih bersandar pada keinginan daripada rencana kebijakan yang konkret.

Dalam lampiran I Peraturan Presiden No. 12/2025, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% pada 2025, 6,3% pada 2026, 7,5% pada 2027, 7,7% pada 2028, dan akhirnya mencapai 8% pada 2029. Namun, menurut Awalil Rizky, dokumen RPJMN tidak menyertakan langkah-langkah strategis yang memadai untuk mendukung pencapaian target tersebut.

“Sebagian besar dokumen RPJMN berisi pernyataan keinginan dan harapan. Kurang terlihat keterkaitan antara langkah-langkah kebijakan dengan upaya pencapaian target pertumbuhan,” ujar Awalil, Minggu (09/03/2025)

Awalil menyoroti beberapa sektor utama yang menjadi penopang ekonomi nasional. Dalam RPJMN, sektor pertanian ditargetkan tumbuh dari 2,20% pada 2025 menjadi 3,46% pada 2029.

Namun, berdasarkan data historis, pertumbuhan sektor ini pada periode 2011-2024 rata-rata hanya mencapai 3,10%, dan dalam tiga tahun terakhir (2022-2024) justru merosot menjadi 1,41%.

Dengan demikian, target yang ditetapkan pemerintah dinilai cukup tinggi tanpa dukungan strategi yang memadai.

Selain itu, sektor industri pengolahan juga menjadi sorotan. RPJMN menargetkan pertumbuhan industri pengolahan sebesar 5,50% pada 2025 hingga 8,14% pada 2029.

Sementara itu, data menunjukkan bahwa pertumbuhan rata-rata sektor ini pada periode 2011-2024 hanya 4,02%, dan dalam tiga tahun terakhir (2022-2024) berada di angka 4,65%.

Menurut Awalil, untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan reindustrialisasi besar-besaran yang selama era pemerintahan Presiden Joko Widodo tidak berhasil diwujudkan.

“Jika strategi dan kebijakan yang ditempuh hanya sebatas melanjutkan yang sudah ada, maka kemungkinan besar target ini juga tidak akan tercapai,” kata Awalil.

Sektor pertambangan dan penggalian juga memiliki target yang tinggi, yaitu dari 5,52% pada 2025 menjadi 7,51% pada 2029.

Padahal, realisasi pertumbuhan sektor ini dalam periode 2011-2024 hanya 2,09%, meskipun pada tiga tahun terakhir (2022-2024) meningkat menjadi 5,14%. Menurut Awalil, target ini sangat bergantung pada dinamika pasar global, yang sulit diprediksi.

“Bagaimana mungkin mengklaim transformasi ekonomi jika yang diandalkan masih sektor primer?” tegasnya.

Sementara itu, sektor konstruksi ditargetkan tumbuh dari 7,65% pada 2025 menjadi 9,64% pada 2029.