Deddy Corbuzier dalam satu podcastnya pernah melontarkan candaan. Gurauan yang ditujukan kepada narsumnya, Nex Carlos, seorang Youtubers kuliner yang sukses itu. “Pekerjaan anda makan tapi dibayar, itu jahat sekali,” tohok Deddy, “anda cari pesugihan ya..?”
Joke itu tentu saja membuat dua Youtubers kondang itu tertawa berderai, sekaligus menjadi prolog memagnit dalam content tersebut.
Sebagai Youtubers papan atas, Deddy juga menangguk sukses besar. Dia bekerja di studionya, di rumahnya, dan beroleh banyak uang. Bagi logika Bu Wati, yang namanya mendadak viral gegara kasus babi ngepet bilangnya tentu: lihat, dia di rumah saja tapi banyak uang, jelas dia memelihara babi ngepet.
Babi ngepet sendiri merupakan cerita dari mulut ke mulut sejak dahulu kala. Entah Pak atau Bu siapa pertama mengarang cerita, yang dikemudian hari jadi tema sebuah film Indonesia.
Satu pekerjaan gaib yang bersekutu dengan setan, untuk memperoleh kekayaan. Ada juga cerita lain serupa, sejenis mahluk halus tuyul gundul, yang dipelihara untuk mencuri uang, yang juga pernah difilmkan.
Itu film-film jadul, dan cerita tentang mencari pesugihan sudah lama dilupakan. Terutama, bagi masyarakat yang konon sudah mengenyam dunia modern hingga post modern.
Pun di era milenial, bekerja di dalam rumah dan menghasilkan banyak uang sudah menjadi jamak, apalagi di era pandemi Covid-19.
Tapi virus mematikan itu, mendadak mempunyai pesaing dengan munculnya unggahan cerita lama babi ngepet. Si babi dari Depok Jawa Barat tetiba menjadi viral, menyaingi tenggelamnya kapal selam Nanggala atau ditangkapnya Munarman oleh Densus 88.
Alhasil setelah melalui penyelidikan, unggahan itu hanya rekayasa. Satu dramoi yang diciptakan, atas cerita pula, bahwa warga desa kerap kehilangan uang.
Disimpulkan melalui logika legendais, ada babi ngepet berkeliaran mencuri uang. Maka dibuatlah satu posting drama pendek melalui YouTube, penangkapan si babi sial oleh seorang ustadz yang pengin namanya viral.
Supaya lebih dramatis, penangkapan itu dilakukan sebagaimana si babi, mesti bertubuh bugil. Lengkap dengan dialog viral Bu Wati, yang mungkin pengin viral juga. Bilangnya sambil menuding rumah tetangga: lihat dia di rumah saja tapi banyak uang, pastilah dia si babi ngepet!
Sebagaimana film jadul, sampai di sini unggahan itu cukup bagus dan menangguk viral.
Akan tetapi ini era milenium, unggahan itu berhadapan dengan UU ITE sebab telah meresahkan masyarakat.
Pertanyaannya, benarkah kita sudah berada di era milenial, dan menganggap itu hanya cerita rekaan untuk satu tujuan yang sebenarnya logis. Soal konflik atas kesenjangan sosial ekonomi warga misalnya. Atau itu sebuah urban legend yang merupakan isyarat bahwa drama bisa diciptakan oleh politik identitas tertentu, termasuk untuk tujuan poleksosbud-hankamrata.
Atau jangan-jangan hanya ulah iseng atas keinginan viral di dunia yang memang tengah memuja viralisme.***