Sementara, Ekonom Senior Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin menyoroti tentang semakin seringnya krisis besar dunia. Tiga krisis besar dunia terjadi dalam 25 tahun terakhir, tetapi 3 krisis besar sebelumnya terjadi dalam rentang waktu 225 tahun.
“Kalau kita melihat krisis sekarang, kita harus melihat bahwa krisis bukanlah sesuatu yang harus kita takutkan tetapi sesuatu yang harus kita hadapi,” terangnya.
Dalam paparanya, Wijayanto Samirin menyoroti tentang semakin sering terjadinya krisis besar dunia. Tiga krisis besar dunia terjadi dalam 25 tahun terakhir, tetapi 3 krisis besar sebelumnya terjadi dalam rentang waktu 225 tahun.
“Kalau kita melihat krisis sekarang, kita harus melihat bahwa krisis bukanlah sesuatu yang harus kita takutkan tetapi sesuatu yang harus kita hadapi,” sambung Staf Khusus Bidang Ekonomi Wakil Presiden RI periode 2014-2019 ini.
Ia juga mengibaratkan Indonesia adalah kapal tanker raksasa yang dapat menghadapi badai terburuk, akan tetapi butuh waktu yang lama dan upaya besar untuk mengubah arah.
“Indonesia dan dunia tidak bergerak ke arah yang benar. Indonesia perlu mengambil tindakan untuk memenuhi kepentingannya sendiri dan kepentingan dunia, terutama Indonesia adalah presidensi G20, sebuah posisi yang berdampak & memiliki peluang besar,” ujarnya.
Sebelumnya, Mantan Wakil Presiden, HM Jusuf Kalla dalam keynote speechnya meminta hadapi krisis ekonomi jangan pesimis akan tetapi harus optimis.
“Mari kita optimis. Justru dari krisis ekonomi itu kita mengambil manfaat mendukung dunia dengan mengambil manfaat ekonominya,” terang Jusuf Kalla.
Selain Jusuf Kallah, dibuka dengan keynote speech dari Diskusi panel dibuka dengan keynote speech, Direktur KAS Indonesia dan Timor Leste, Denis Suarsana dan Rektor Universitas Paramadina Didik J. Rachbini. [Luk]