Menurut Al-Qur’an, ia memiliki 4 anak laki-laki yaitu Kanʻān, Sem, Ham, dan Yafet. Namun Alkitab hanya mencatat, ia memiliki 3 anak laki-laki Sem, Ham, dan Yafet. Ia mempunyai istri bernama Wafilah, sedangkan beberapa sumber mengatakan istri Nuh adalah Namaha binti Tzila atau Amzurah binti Barakil.
Kisah Nabi Nuh As dan Bahteranya sebenarnya merupakan perlawanan kaum tertindas dengan kaum kapitalis. Nabi Nuh merupakan Nabi dan Rasul pertama yang diutus pada suatu kaum yakni kaum Bani Rasib. Dimana saat itu Nabi Nuh hidup pada masa Raja Dhahhak atau Biyorasih yang sebelumnya membunuh Raja Jim (Jamsyid), lalu kerajaan mengalami fase suksesi, kepemimpinan digantikan seorang laki-laki bernama Darmasyil. Darmasyil ini menjadi sosok penjajah, ia merupakan raja yang kuat perkasa dan menguasai kekayaan alam, ia menjadi super power penguasa atau kaum kapitalis yang menguasai kekayaan.
Dalam kelas sosial Kaum Nabi Nuh As terbagi menjadi 3 (tiga) yakni kelas para raja, kelas bangsawan atau punggawa kerajaan dan kelas rakyat. Kaum kapitalis menjadi kelasnya para raja dan bangsawan yang berperan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka kaum kapitalis menipu rakyat dengan kekuasaan palsu dan menjadikan kelas rakyat sebagai warga yang wajib mentaati dan tidak boleh menentang kaum kapitalis.
Sedangkan Kaum Nabi Nuh As mewakili kelas rakyat atau warga yang mengalami ketertindasan. Mereka berada pada posisi yang sama sekali tidak memiliki the power of bergaining position. Kaum Nabi Nuh adalah kelas tertindas dan selalu ditindas oleh keinginan dan kepentingan para raja dan kalangan bangsawan.
Lalu Nuh As diutus Allah menjadi Rasul yang membawa hakikat ketuhanan dan hakikat kebangkitan, sehingga akar-akar idiologisasipun terdengar. Akan tetapi pilar idiologi yang dibawa Nabi Nuh As mengalami perlawanan dari kaum kapitalis sehingga terpecah menjadi dua kelompok, kelompok pertama diwakili Nabi Nuh As dan orang-orang lemah yakni para fakir miskin. Sedangkan kelompok kedua diwakili oleh orang-orang kaya dan para penguasa yang melancarkan serangan perlawanan terhadap kaum Nabi Nuh As.
Musuh Nabi Nuh As adalah para kaum kapitalis, mereka mendapatkan sebutan “Al-Mala’” karena mereka berkata kepada Nabi Nuh As, “Wahai Nabi Nuh As engkau adalah manusia biasa.” Oleh sebab tidak memiliki bergaining position. Namun demikian Nabi Nuh As beserta kaumnya terus saja berjuang melakukan perlawanan. Hingga para kapitalis mulai bosan;
“mereka berkata “Hai Nuh, Sesungguhnya kamu telah berbantah dengan Kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap Kami, Maka datangkanlah kepada Kami azab yang kamu ancamkan kepada Kami, jika kamu Termasuk orang-orang yang benar”. Nuh menjawab: “Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri. dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, Sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. (QS. Huud/11: 32-32)