Scroll untuk baca artikel
Blog

Berat Agar Defisit APBN di Bawah 3% PDB Hingga Tahun 2024

Redaksi
×

Berat Agar Defisit APBN di Bawah 3% PDB Hingga Tahun 2024

Sebarkan artikel ini

Seandainya memang telah terjadi pemulihan ekonomi yang sangat signifikan pada triwulan IV 2020, maka PDB triwulan ini bisa saja mencapai Rp4.200 triliun. Artinya PDB nominal tahun 2020 hanya akan sekitar Rp15.725 triliun. Penulis sendiri memprakirakannya masih akan sedikit di bawah itu, yakni sekitar Rp15.700 triliun.

Dengan demikian, penulis memprakirakan defisit nominal akan mencapai Rp1.066 triliun tadi setara dengan 6,70% dari PDB. Jauh lebih lebar dari rencananya yang sebesar 6,34%.

Untuk mengetahui rasio defisit yang sebenarnya, kadang tidak cukup berdasar realisasi sementara APBN yang biasanya diumumkan oleh Pemerintah pada awal Januari. Pada saat itu, PDB yang dipakai akan tetap prakiraan Pemerintah, karena BPS belum merilis nilai PDB aktual. Realisasi defisit pun masih dapat berubah setelah Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) diaudit oleh BPK.

Bagaimana dengan APBN 2021 yang telah ditetapkan melalui UU No.9/2021?

APBN 2021 merencanakan defisit sebesar Rp1.006 triliun dinyatakan sebagai 5,70% atas PDB. Artinya PDB diasumsikan akan sebesar Rp17.655 triliun. Asumsi yang sangat tidak realistis jika ternyata PDB tahun 2020 seperti prakiraan penulis, yaitu di kisaran Rp15.700 triliun.

Kenaikan PDB nominal tahun 2021 yang dibutuhkan akan mencapai 12,45%. Untuk itu dibutuhkan pertumbuhan ekonomi sekitar 10% untuk mencapainya. Padahal, asumsi APBN 2021 hanya sebesar 5%.

Sementara itu, inflasi diasumsikan terkendali di kisaran 3%. PDB nominal bisa saja meningkat pesat, jika inflasi meningkat mendekati 2 digit. Terutama inflasi yang dihadapi produsen sebagai basis perhitungan PDB nominal.

Jika hal itu yang terjadi, maka soalan yang telah lama tak dialami ekonomi Indonesia akan kembali muncul. Tingkat inflasi yang tinggi akan sangat menekan kondisi perekonomian, terutama kehidupan rakyat kebanyakan. Tak terbayangkan, soalan pengangguran dan penghasilan pekerja yang belum pulih berkelindan dengan inflasi yang tinggi.

Jika Pemerintah dan Bank Indonesia masih berhasil mengendalikan inflasi pada tahun 2021, maka PDB nominal yang realistis adalah di kisaran Rp17.000 triliun.

Seandainya rencana defisit APBN tahun 2021 sebesar Rp1.006 triliun tadi berhasil dicapai, maka rasio defisit atas PDB menjadi sebesar 5,92%. Atau lebih lebar dari rencananya yang sebesar 5,70%. Bahkan, penulis memprakirakan defisit pun masih berpotensi lebih lebar dari rencananya. Sehingga kemungkinan rasio defisit akan kembali mencapai 6%.

Narasi kebijakan Pemerintah yang mengesankan APBN akan tetap ekspansif hingga beberapa tahun ke depan, akan membuat soalan defisit ini menjadi makin serius dan penuh risiko. Selain alokasi anggaran yang memang sudah bersifat operasional, beberapa alokasi bersifat kontrak tahun jamak (multiyears contract) atau direncanakan hingga beberapa tahun. Sebagian cukup besar dari anggaran infrastruktur bersifat demikian.