Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Berprasangka Baik Terhadap Janji-Nya

Redaksi
×

Berprasangka Baik Terhadap Janji-Nya

Sebarkan artikel ini

Maka, Syekh Ahmad Zarruq mewanti-wanti bahwa meyakini janji mesti teriring dengan melihat sisi batinnya, yakni selalu mengaitkan setiap urusan dengan syarat yang Allah sembunyikan. Sebab, tidak wajib bagi-Nya menyebutkan apa yang hendak Dia persyaratkan. Syarat lazim disimpan dalam hikmah-Nya, guna memperlihatkan rububiyah-Nya, dan untuk tetap mewujudkan ubudiyah dalam diri hamba.

Kita baca sirah, betapa Nabi Muhammad Saw. sedemikian agung, tapi beliau adalah orang yang paling merasa tidak melakukan kewajiban secara sempurna di hadapan-Nya. Paling merasa tidak sanggup bersyukur. Beliau salat malam, dan tidak pernah absen, karena sering kali dihinggapi kondisi terpuruk menganggap diri tidak dapat menunaikan hak-hak Allah.

Lantas, bayangkan diri kita, seberapa sering kita merasa masih banyak kekurangan dalam menegakkan salat? Jadi, cukupkah salat fardu kita, buat menagih janji Tuhan? Pernahkah terbit perasaan, untuk membebankan diri dengan ketaatan yang lebih banyak dan melaksanakannya dengan lebih tekun? Dan, yang paling utama, sudahkah kita benar-benar merendahkan diri di hadapan-Nya?

Tak ada Tuhan selain Engkau Ya Allah, Mahasuci Engkau, saya sungguh termasuk orang-orang yang zalim.” (Al-Anbiya: 87).

Kemudian Syekh Ibnu ‘Athaillah menyebutkan, “Itu supaya tidak merusak pandangan mata hatimu dan memadamkan cahaya jiwamu.”

Ya, selalu berprasangka baiklah kepada Tuhan! Terhadap janji-Nya.