Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Bijaklah Memilih Pewarna Makanan, Ini Panduannya

Redaksi
×

Bijaklah Memilih Pewarna Makanan, Ini Panduannya

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Apakah kita termasuk konsumen yang membeli makanan atau mengkonsumsi makanan karena tertarik dengan warnanya? Kemungkinan besar jawabannya iya karena pewarna yang digunakan dalam pembuatan produk pangan dapat mempengaruhi penampilan, aroma dan rasa yang diberikan kepada produk. Pewarna yang digunakan pada makanan dapat berasal dari pewarna sintetis (buatan) dan pewarna alami (bisa berasal dari hewan maupun tumbuhan). 

Pewarna sintetis biasanya ditambahkan sesuai dengan cita rasa produk yang dibuat, misalnya rasa jeruk diberi pewarna oranye, rasa anggur diberi pewarna ungu, dan sebagainya. Sifat dari pewarna sintetis diantaranya warnanya relatif lebih homogen dan penggunaannya sangat efisien karena hanya memerlukan jumlah yang sangat sedikit.

Pewarna sintetis cenderung memberikan warna yang lebih kuat/ mencolok dan lebih stabil sehingga tampak lebih menarik bagi pembeli.  

Namun sayangnya  terdapat kecenderungan penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk bahan pangan, misalnya pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan makanan.

Jenis pewarna sitentis yang dilarang penggunaannya antara lain Rhodamin B (merah), Metanil Yellow (Kuning), Auramine (Kuning), Magenta (violet). Biasanya berbentuk bubuk dan dibungkus dengan kertas kecil.

Pewarna ini sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu/ sisa logam berat pada zat pewarna yang bersifat karsinogenik. Yaitu zat yang dapat menjadi pemicu terjadinya kanker. Timbulnya penyalahgunaan zat pewarna disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna makanan. Atau disebabkan karena tidak adanya penjelasan pada label yang melarang penggunaan senyawa tersebut untuk bahan pangan.

Disamping itu, harga pewarna untuk industri relatif jauh lebih murah dibandingkan zat pewarna untuk makanan. Hal ini disebabkan bea masuk zat pewarna untuk bahan makanan jauh lebih tinggi daripada zat pewarna untuk bahan makanan.  

Jenis pewarna sintetis yang diperbolehkan biasanya dijual di toko toko kue, berbentuk pasta atau cair dan dikemas dalam kemasan botol. Yang sangat disarankan adalah menggunakan pewarna alami. Sejak dulu pewarna alami telah banyak digunakan sebagai bahan pewarna bahan makanan.

Pewarna Alami

Daun suji telah lama digunakan untuk mewarnai kue pisang, serabi, bikang, dan dadar gulung. Kunyit untuk mewarnai nasi kuning saat selamatan, tahu serta hidangan dan masakan lain, serta cabai untuk mewarnai nasi goreng dan berbagai masakan.

Beberapa tumbuhan yang dapat menghasilkan pewarna alami diantaranya yaitu pandan suji,  kulit manggis, bunga rosella, kunyit, kayu secang, bunga telang, daun alpukat. Penambahan pewarna biasanya diperuntukkan untuk 1) Memperbaiki penampakan dari makanan yang warnanya memudar, 2) Memperoleh warna yang seragam pada komoditi yang warna alamiahnya tidak seragam,3) Memperoleh warna yang lebih tua dari aslinya, 4) Melindungi zat zat flavor dan vitamin vitamin yang peka terhadap cahaya selama penyimpanan,  5) Memperoleh penampakan yang lebih menarik dari bahan aslinya, misalnya pewarnaan agar agar, serta 6) Untuk identifikasi produk, misalnya margarin berwarna kuning.