BARISAN.CO – Alergi susu sapi merupakan salah satu alergi makanan yang paling sering dialami anak-anak di Asia. Sementara di Indonesia, kejadian alergi susu sapi pada anak-anak berkisar 0,5 – 7,5 persen.
Demikian diungkapkan Dokter Konsultan Alergi Imunologi Anak Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K), M.Kes pada webinar kesehatan Kalbe Nutritionals bertajuk “Atasi Alergi Si Kecil dengan Deteksi Dini”, Jum’at (26/6/2021).
Ia melanjutkan, meskipun sebagian besar anak-anak pulih dari gejala saat meninggalkan periode balita, tetapi bukan berarti alergi ini bisa disepelekan. Jika kondisi alergi terdiagnosis sejak awal dan segera dikonsultasikan ke dokter maka dapat dilakukan tata laksana yang tepat sehingga tumbuh kembangnya optimal.
Sebaliknya, jika terlambat didiagnosis atau orang tua mendiagnosis sendiri, maka bisa muncul dampak yang tidak diinginkan. Misalnya, gangguan tumbuh kembang anak dan meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti hipertensi atau sakit jantung di kemudian hari.
“Kemudian dampak ekonomi karena harus sering berobat ke dokter, serta dampak psikologis karena bisa timbul stres pada ibu dan anaknya,” ungkap Prof. Budi.
Ia juga mengatakan gejala yang bisa terjadi ketika anak mengalami alergi susu sapi sangatlah beragam, dari ringan, sedang sampai berat. Bahkan dapat mengenai tiga organ.
Pertama, pada saluran cerna, seperti diare sebanyak 53 persen dan kolik 27 persen. Kedua, pada saluran napas, misalnya batuk-batuk di malam hari ke arah pagi hari. Kejadian gejala di saluran napas yaitu asma 21 persen dan rinitis 20 persen. Ketiga, pada organ kulit. Kebanyakan anak-anak yang mengalami alergi mengalami eksim atau dermatistis atopik sebanyak 35 persen dan biduran atau urtikaria sebesar 18 persen.
“Gejala yang berat berupa sistemik yaitu timbulnya anafilaksis sebesar 11 persen,” ucapnya.
Kenali penyebab alergi dan cara mengatasinya
Faktor risiko berkembangnya alergi pada anak dapat berasal dari faktor genetik atau keturunan yaitu dari keluarga dengan riwayat alergi. Adapun kasus alergi protein susu sapi umumnya terjadi pada anak yang tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI). Oleh karena itu, pencegahan alergi protein susu sapi dapat dilakukan dengan cara memberikan ASI eksklusif bagi anak.
“Jika bunda tidak dapat memberikan ASI dan Si Kecil berbakat alergi tapi belum muncul gejala alerginya, maka dapat diberikan susu yang telah diformulasikan secara khusus seperti susu dengan protein hidrolisa parsial (PHP). Namun jika gejala alergi sudah muncul dapat diatasi dengan nutrisi medis khusus yaitu susu dengan protein terhidrolisa ekstensif, susu dengan isolat protein kedelai (soya) atau susu asam amino,” tambah Prof. Budi dalam acara webinar tersebut.
Seperti yang dilakukan Miss Grand International 2016, Ariska Putri Pertiwi. Anaknya, Kyara suatu hari mengalami ruam kemerahan di kulit. Ia kemudian memeriksakan anaknya tersebut ke dokter. Rupanya Kyara menderita alergi susu sapi, sehingga dokter menyarankan untuk mengganti susu formula sapi dengan susu formula soya.
Awalnya, Ariska merasa tak yakin dengan susu formula soya, tapi setelah 1,5 tahun mengonsumsi susu formula soya, Kyara tumbuh baik dengan berat dan tinggi badannya yang sesuai dengan tahapan usianya. “Dia sehat, aktif dan ekspresif,” ujar dokter muda ini.
Pada webinar yang dalam rangka memperingati World Allergy Week 2021 ini, Morinaga, salah satu produk Kalbe Nutritionals bersama KlikDokter meluncurkan aplikasi digital Cek Alergi untuk mengatasi alergi dengan deteksi dini. Ada tiga langkah mudah yang bisa dilakukan yaitu: