Bulan Syaban adalah satu bulan Hijriah sebelum bulan Ramadhan. Sehingga tak sedikit yang memanjatkan doa dengan menyematkan harapan untuk dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan.
BARISAN.CO – Bulan Syaban merupakan bulan yang istimewa. Sya’ban dalam istilah bahasa Arab berasal dari kata syi’ab yang artinya jalan di atas gunung. Islam kemudian memanfaatkan bulan ini sebagai waktu untuk menemukan banyak jalan, demi mencapai kebaikan.
Selain itu, bulan Syaban menjadi bulan terakhir bagi seorang muslim untuk membayar hutang puasa Ramadan pada tahun sebelumnya.
Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengabarkan awal Sya’ban 1443 H jatuh pada hari ini, Jumat, (4/3/2022). Keputusan ini didasarkan pada laporan tim rukyat yang berhasil melihat hilal pada Kamis Pon 29 Rajab 1443 H / 3 Maret 2022 M.
“Sebagai tindak lanjutnya maka awal bulan Sya’ban 1443 H bertepatan dengan Jumat Wage 4 Maret 2022 M (mulai malam Jumat) atas dasar rukyah,” kata KH Sirril Wafa, Plt Ketua LF PBNU, melalui Surat Pengumuman Nomor: 005/LF–PBNU/III/2022 yang ditandatangani pada Kamis (3/3/2022).
Melansir dari laman nu.or.id, ada empat lokasi yang berhasil melihat hilal, yakni 1) Condrodipo, Gresik, Jawa Timur, 2) STIBA Makassar, Sulawesi Selatan, 3) Pantai Galesong, Takalar, Sulawesi Selatan, dan 4) POB Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.
Keutamaan Bulan Sya’ban
Pada bulan ini, umat Islam dapat mulai mempersiapkan diri untuk menjemput datangnya bulan termulia dengan penuh suka cita dan pengharapan anugerah dari Allah SWT karena telah mulai merasakan suasana kemuliaan Ramadhan. Hal ini tercantum dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i.
Rasulullah SAW bersabda,
ذاكَ شهر تغفل الناس فِيه عنه ، بين رجب ورمضان ، وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين، وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم — حديث صحيح رواه أبو داود النسائي
”Bulan Sya’ban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa.” (HR Abu Dawud dan Nasa’i)
Sementara berdasarkan hadis Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pengakuan Aisyah, bahwa Rasulullah SAW tidak pernah berpuasa (sunnah) lebih banyak daripada ketika Sya’ban.
Periwayatan ini kemudian mendasari kemuliaan Sya’ban di antar bulan Rajab dan Ramadhan.
Karenanya, pada bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak berdzikir dan meminta ampunan serta pertolongan dari Allah SWT.
Pada bulan ini, sungguh Allah SWT banyak sekali menurunkan kebaikan-kebaikan berupa syafaat (pertolongan), maghfirah (ampunan), dan itqun min adzabin naar (pembebasan dari siksaan api neraka).
Sementara dikutip dari muhammadiyah.or.id, Rasulullah dalam hadis riwayat anjuran berpuasa juga dikatakan dalam riwayat Usamah bin Zaid RA.
“Bulan itu, banyak manusia yang lalai, yaitu (bulan) antara Rajab dan Ramadhan, bulan diangkatnya amal-amal kepada Rabb semesta alam, dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa,” demikian penjelasan Rasulullah melalui hadis riwayat Usamah bin Zaid RA.
Namun, kendati Rasulullah Muhammad SAW menganjurkan umat Islam berpuasa, Nabi Muhammad SAW juga mewanti-wanti umat Islam untuk memahami kemampuan dirinya dalam mengadakan puasa sunnah. Jadi tidak berlebih-lebihan, bahkan cenderung memaksakan andaikata kondisi tidak memungkinkan.
Hal ini perlu diperhatikan, karena di bulan Ramadan seorang muslim diwajibkan berpuasa penuh selama 30 hari.
Jika melaksanakan puasa penuh pada Sya’ban, dikhawatirkan seseorang akan terganggu keikhlasannya dalam menjalankan puasa Ramadan.
Malam Nisfu Sya’ban
Keistimewaan Bulan Sya’ban, mengutip dari dari NU online, terletak pada pertengahannya yang biasanya disebut sebagai Nishfu Sya’ban.
Secara harfiyah istilah Nisfu Sya’ban berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya’ban atau tanggal 15 Sya’ban.