Faktor keberuntungan sangat besar dalam capaian pendapatan negara tahun 2021 yang melampaui target hingga 114,9%. Pemerintah sendiri tampak tidak menduga sebelumnya. Baik ketika APBN 2021 ditetapkan pada akhir tahun 2020. Maupun dalam prakiraan realisasi (outlook) pertengahan tahun, ketika menyusun APBN 2022Awalil dalam acara ulasan hari Rabu lalu (26/1/2022).
BARISAN.CO – Ulasan ekonomi dari ekonom Awalil Rizky telah diselenggarakan oleh Pusat Belajar Rakyat beberapa kali secara daring. Topik pendapatan negara merupakan ulasan ke-10 yang semula terjadwal seminggu sebelumnya. Ketika acara baru berjalan beberapa menit, terjadi gangguan yang dikenal dengan istilah “zoombombing”, sehingga terpaksa dibatalkan.
Realisasi Pendapatan Negara tahun 2021 melampaui target serta tumbuh 21,6% dibanding tahun 2020 diklaim Pemerintah sebagai petanda pemulihan ekonomi. Kinerja APBN 2021 pun diklaim telah berperan melindungi keselamatan masyarakat sekaligus sebagai motor pengungkit pemulihan ekonomi.
Awalil menyampaikan pandangan yang berbeda berdasar data rincian pendapatan, perkembangan selama belasan tahun, serta faktor kenaikannya. Dia menilai adanya faktor “keberuntungan” sangat besar dalam kinerja Pendapatan. Penyebabnya berupa kenaikan harga minyak mentah, Crude Palm Oil (CPO), mineral dan batubara, dan mencapai tingkat yang sangat tinggi pada tahun 2021.
Sebagaimana diketahui, rata-rata harga minyak mentah Indonesia pada tahun 2021 memang mencapai US$68,5 per barel. Jauh lebih tinggi dari tahun 2020 yang hanya US$40,4. Rata-rata harga batubara acuan mencapai US$121 per ton, juga jauh lebih tinggi dibanding tahun 2020 yang hanya US$58.
Awalil lebih jauh menjelaskan faktor tersebut secara teknis meningkatkan Pendapatan Negara melalui beberapa jalur. Diantaranya melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) serta penerimaan Bea Keluar.
PNBP Sumber Daya Alam mencapai 144,87% dari target. PNBP Lainnya mencapai 138,42% dari target, terkait dengan tambahan Hasil Penjualan Tambang (PHT) dan Domestic Market Obligation (DMO). Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) yang mencapai 203,34% dari target, terkait naiknya pendapatan dari pengelolaan dana perkebunan kelapa sawit.
Penerimaan bea keluar (ekspor) naik lebih dari 7 kali lipat (708,21%) didorong oleh kinerja volume dan nilai ekspor komoditas minerba, tembaga, serta produk CPO dan turunannya.
Meski Awalil mengapresiasi kinerja aparatur pajak (fiskus) yang telah bekerja keras, namun menilai kinerjanya tidak lah luar biasa. Dia mengingatkan penerimaan pajak memang terbilang baik, namun hanya mencapai 103,9% dari target.
Dikatakan pula bahwa ada faktor capaian tahun 2020 yang sangat rendah, sehingga persentase kenaikan tahun 2021 menjadi tampak sangat tinggi. Sedangkan persentase atas target dipengaruhi oleh target yang ditetapkan secara konservatif atau relatif rendah.
Ulasan juga menyampaikan tantangan pengelolaan APBN 2022 dan tahun-tahun berikutnya yang masih cukup berat. Diingatkan untuk tidak mengandalkan faktor keberuntungan dalam perencanaan dan pengelolaan APBN.
Rekaman ulasan dapat dilihat pada akun youtube Awalil Rizky. [rif]