Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi 2021 Tidak Menggembirakan

Redaksi
×

Pertumbuhan Ekonomi 2021 Tidak Menggembirakan

Sebarkan artikel ini

“Ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 3,69% pada tahun 2021, lebih baik dibanding tahun 2020 yang alami kontrakasi 2,07%. Namun tingkat pertumbuhan itu terbilang masih rendah dan komponen penopangnya mengindikasikan kualitas yang kurang baik,”Awalil Rizky, dalam ulasan ekonomi Pusat Belajar Rakyat, Rabu Malam (9/02/2022)

BARISAN.CO – Capaian pertumbuhan ekonomi tahun 2021 memang lebih rendah dari asumsi dasar ekonomi makro APBN sebesar 5% yang ditetapkan pada akhir tahun 2020. Hanya mencapai batas bawah rentang prakiraan (outlook) Pemerintah sebesar 3,7-4,5% ketika APBN 2022 ditetapkan akhir September 2021.

“Kinerja pertumbuhan memang menunjukkan ekonomi telah membaik, namun masih jauh untuk disebut pulih,” kata Awalil. Disampaikan pula tentang belum berhasilnya kebijakan reformasi ekonomi yang disebut dalam Nota Keuangan dan APBN 2022. Skenario reformasi dari Pemerintah menargetkan tumbuh 4,5%, sedangkan tanpa reformasi (as usual) hanya 3,7% pada tahun 2021. 

Selain mengatakan kinerja pertumbuhan sebagai tidak menggembirakan, dijelaskan tentang kualitasnya yang kurang baik. Penilaian tentang kualitas didasari Awalil dari pencermatan komponen pertumbuhan berdasar lapangan usaha dan komponen pengeluaran.

Diulas tentang 7 sektor atau lapangan usaha yang tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi, serta 10 sektor yang lebih rendah. Dua sektor yang tumbuh lebih rendah justeru berporsi terbesar dalam Produk Domestik Bruto (PDB). Yaitu sektor industri pengolahan (19,25%) dan sektor pertanian (13,28%).

Akibatnya, kontribusi industri pengolahan sebagai sumber ekonomi hanya sebesar 0,70%. Lebih rendah dari sumbangan rata-ratanya di kisaran 1,00% pada era sebelum pandemi, tahun 2011-2019. Begitu pula dengan sektor pertanian yang hanya menyumbang 0,24%, padahal rata-rata sebelum pandemi di kisaran 0,50%.

Ditambahkan bahwa kedua sektor itu sebenarnya berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja. Sektor pertanian menyerap 28,33% dan sektor industri pengolahan menyerap 14,27% dari total orang bekerja pada Agustus 2021. Kinerja pertumbuhan yang kurang tinggi berdampak pada nilai tambah per pekerja yang mengindikasikan tingkat pendapatan mereka.

Pada saat bersamaan, tiga sektor yang tumbuh cukup tinggi justeru tidak termasuk berporsi besar dalam PDB ataupun penyerapan tenaga kerja. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yang tumbuh 10,46%, hanya berporsi 1,34% dari PDB dan menyerap 1,68% pekerja. Sektor Informasi dan Komunikasi yang tumbuh 6,81%, hanya berporsi dari 4,41% dari PDB dan menyerap 0,76% pekerja.  Sektor Pengadaan Listrik dan Gas yang tumbuh 5,55%, hanya berporsi dari 1,12% dari PDB dan menyerap 0,22% pekerja.

Awalil menyoroti pula kinerja pertumbuhan ekonomi atau PDB tahun 2021 dari sisi pengeluaran. Menurutnya, konsumsi rumah tangga yang hanya tumbuh 2,02% masih jauh dari rerata lintasan normalnya yang tumbuh di kisaran 5%. Bahkan, nilai riil konsumsi rumah tangga pada tahun 2021 masih lebih rendah dibanding tahun 2019.

Komponen pengeluaran yang tercatat tumbuh luar biasa adalah ekspor barang dan jasa yang tumbuh, yang mencapai 24,04%. Padahal masih kontraksi atau tumbuh minus pada tahun 2020. Bahkan sebelum pandemi, sempat kontraksi pada tahun 2015, 2016 dan 2019.

Fenomena pertumbuhan ekspor yang luar biasa pada tahun 2021 antara lain terbantu oleh harga komoditas yang sangat tinggi dan kondisi beberapa negara yang masih terkendala untuk ekspor.

Komponen pengeluaran yang tercatat tumbuh lumayan tinggi adalah konsumsi pemerintah yang mencapai 4,17%. Namun karena porsinya hanya sekitar 9,14% dari PDB, maka kontribusinya sebagai sumber pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 0,34%.

Secara keseluruhan, Awalil menilai kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021 tidak cukup menggembirakan. Selain tingkatnya yang belum sesuai harapan, kualitasnya terindikasi kurang baik. Pertumbuhan bukan ditopang oleh sektor dan komponen yang merupakan bagian penting dari fundamental ekonomi dan yang menjanjikan kesinambungan.