Scroll untuk baca artikel
Edukasi

8 Cara Menumbuhkan Sikap Sopan Santun Pada Anak

Redaksi
×

8 Cara Menumbuhkan Sikap Sopan Santun Pada Anak

Sebarkan artikel ini

Beberapa hal dasar cara menumbuhkan sikap sopan santun yang perlu dikenalkan dan dipelajari anak adalah:

  1. Bagaimana mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang lain
  2. Bagaimana mengucapkan terima kasih untuk sesuatu yang telah dilakukan orang lain padanya
  3. Menghormati orang yang lebih tua, seperti orangtua, kakek-nenek, guru di sekolah, dan yang lainnya.
  4. Ramah pada lingkungan, misalnya anak tahu bahwa tidak baik membuang sampah sembarangan atau mencorat-coret sembarangan
  5. Melatih anak untuk sadar akan kepentingan orang lain yang lebih membutuhkan, misalnya memberikan tempat duduknya di kendaraan umum untuk nenek-nenek.
  6. Bersopan santun di meja makan
  7. Membantu orang lain yang sedang membutuhkan, seperti membantu beberapa pekerjaan kecil di rumah ketika ayah / ibu meminta bantuan atau membantu ibu guru membawa buku-bukunya
  8. Melatih anak untuk berjiwa sportif, tidak main curang atau main belakang atau mencari-cari kesalahan orang lain untuk menutupi kesalahan diri sendiri.

Sesederhana apa pun hal yang kita ajarkan, akan membutuhkan contoh dari orangtua. Dan orangtua pun dituntut untuk selalu konsisten memperlihatkan tingkah laku yang diharapkan muncul pada anak.

Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”.Ali bin Abi Thalib

Memang mudah mengatakan pada anak untuk bersopan santun, tapi tidak mudah untuk mengingatkan diri kita sendiri untuk tetap bisa bertingkah laku baik di depan orang lain dan di depan orang banyak. Coba kita ingat-ingat situasi di mana kita harus terjebak macet yang parah atau kita tiba-tiba harus mengerem mendadak ketika ada orang yang belok sembarangan. Apa reaksi spontan kita?

Mungkin anda akan mengatakan “sialan, jalan gak liat-liat”, atau “bego, nyetir kok gak pake otak” atau bisa saja “kurang ajar, orang begitu kok nyetir mobil”, dan lain sebagainya. Ketika kita mengeluarkan respon seperti itu sadarkan kalau anak yang semobil dengan kita akan memperhatikan segala ucapan dan tindakan kita? Terkadang tidak, dan itulah susahnya kita sebagai orangtua untuk mencontohkan tingkah laku yang baik.

Mungkin ada baiknya jika kita terlanjur melakukan sesuatu yang berlawanan dengan apa yang kita katakan pada anak, kita meminta maaf pada dan memberi pengertian pada mereka mengapa kita melakukan hal tersebut. Dengan begitu anak akan tahu bahwa orang dewasa pun terkadang melakukan kesalahan dan kesalahan itu tidak boleh terulang atau ditiru.

Satu hal lain yang sering terlewatkan adalah ketika kita secara tidak sengaja menyinggung atau membicarakan hal-hal buruk tentang kelompok etnis tertentu. Misalnya ‘dasar padang, pelit banget’, atau ‘cina sih, makanya dia bisa kaya raya begitu’ dan sebagainya.

Prejudice atau prasangka buruk terhadap kelompok etnis tertentu yang sering kita ucapkan awal mulanya juga karena kita waktu kecil sering mendengar orangtua kita atau orang dewasa lain di sekitar kita mengatakan hal itu. Lama-kelamaan prasangka itu semakin mendalam dalam otak kita dan akhirnya menjadi bagian dari pemikiran kita. Dampaknya, bila kita tidak hati-hati, prejudice tersebut bisa kita turunkan dan kita ajarkan pada anak kita, walau pun sebenarnya kita melakukan hal itu tanpa sengaja.

Berkaitan dengan prasangka buruk di atas, kita pasti tidak ingin anak mempunyai pikiran yang negatif tentang orang lain bukan? Nah, salah satu cara untuk menghentikan berkembangnya pikiran yang negatif tentang orang lain adalah kita terlebih dahulu harus merasa nyaman dan berpikiran positif terhadap diri kita sendiri.