Digitalisasi dan berkembangnya zaman menghasilkan karya, pikiran, bahkan ideologi, sehingga terbentuklah peradaban baru.
Manusia semakin masif menghasilkan karya cipta dengan teknologi tinggi juga tepat guna. Tujuannya untuk mempermudah pekerjaan, belajar, dan beribadah.
Namun, majunya nilai perekonomian di berbagai bidang memunculkan tingginya resiko keamanan dalam sebuah tempat vital. Maka, manusia memerlukan alat untuk membantu penjagaannya, salah satunya adalah CCTV (Closed Circuit Television).
CCTV atau televisi sirkuit tertutup semakin masif dan menjadi alat populer yang digunakan untuk merekam segala peristiwa yang terjadi. Lensa kamera CCTV dapat menjangkau kejadian demi kejadian dari setiap sudut ruangan.
Kamera mungil ini makin banyak dijumpai di gedung-gedung ataupun rumah. Bahkan kepolisian menggunakan CCTV untuk menanggulangi risiko pelanggaran lalu lintas. Caranya dengan memantau para pengguna jalan yang telah melanggar aturan lalu lintas. Jika ditemukan pelanggaran akan ditindak dengan cara tilang online.
Di negeri Tiongkok, ada ratusan juta jumlah CCTV yang terpasang. Setiap satu kamera CCTV untuk memantau dua orang warganya. Saking banyaknya CCTV di sana, orang-orang di jalanan menunduk karena ingin terhindar dari pantauan CCTV. Kejadian itu terjadi pada Oktober lalu saat pertunjukan seniman Tingkok China Deng di Happiness Avenue, sebuah tempat di pusat kota Beijing.
Di balik berbagai keuntungan CCTV, ternyata secara tidak langsung telah menimbulkan sebuah paradoks baru bagi mentalitas manusia di bumi ini. Mereka menjadi lebih takut terpantau CCTV dibandingkan dengan Tuhannya saat melakukan kejahatan.
Tidak ada nilai religiusitas lagi bahwa sesuatu yang dilakukan, baik maupun buruk akan dipantau Sang Maha Kuasa.
Bukankah daun yang jatuh juga terjadi karena-Nya? Apalagi segala tindakan manusia, pasti Tuhan memantaunya. Bisa saja Tuhan memantaunya sendiri atau mengutus malaikat untuk mengawasi dan melindungi hamba-Nya dengan sangat rigit.
Hal inilah yang harus umat manusia pikirkan kembali. Jangan sampai nilai kemanusiaan tergadaikan di tengah arus perkembangan zaman. []