Scroll untuk baca artikel
Blog

Curah Hujan Hanya Kambing Hitam Alih Fungsi Lahan

Redaksi
×

Curah Hujan Hanya Kambing Hitam Alih Fungsi Lahan

Sebarkan artikel ini

Banjir juga membuat lalu lintas terkendala. Jalur Banjarmasin dan Kota Banjarbaru, tempat Bandara Internasional Syamsudin Noor berada, melintasi Kabupaten Banjar, pun sempat tergenang, bahkan nyaris lumpuh.

Infografik sebaran banjir; BARISAN.CO/Thomi RIfa’i.

Alih Fungsi Lahan

Kisworo Dwi Cahyono, Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, menyebut, kerusakan alam menjadi faktor atau penyebab utama yang mendorong curah hujan tinggi hingga menyebabkan bencana banjir begitu luas di Kalsel, sampai 11 kabupaten. Kisworo menyebut, ada 814 lubang tambang di Kalsel, yang tidak tereklamasi.

“Belum ada perubahan, mana ada yang reklamasi. Perusahaan rata-rata belum reklamasi, alasannya masih beroperasi,” katanya dilansir dari mongabay.co.id.

Kisworo bilang, Walhi yang menang dalam gugatan hingga kasasi saja demi mempertahankan hutan seluas 5.908 hektar, tengah menghadapi upaya Peninjauan Kembali (PK) perusahaan. Kisworo menilai, pemerintah gagap dalam penanganan bencana hingga bencana berulang.

“Kalau musim hujan, banjir, musim kemarau kebakaran. Ya gimana nggak. Udah darurat ruang, konflik agraria masif, kemudian bencana ekologis, seperti banjir dan karhutla,” tambahnya.

Menurut dia, tutupan lahan di Kalsel sudah hancur terbagi ke berbagai peruntukan dari tambang batubara, perkebunan sawit, perkebunan kayu, maupun HPH. “Belum illegal logging. Di hulu di rusak, di gunung rusak.”

Lebih rinci Walhi Kalsel mencatat, dari 3,7 juta hektar lahan di Kalsel, 581.188 hektar merupakan hutan sekunder, hanya 89.169 hektar hutan primer. Selebihnya, didominasi konsesi. Seluas 234.492,77 hektar untuk HPH, 567.865,51 hektar buat HTI, 1.219.461,21 hektar izin tambang, dan 620.081,90 hektar untuk kebun sawit.

“Di bawah dilubangi tambang, di resapan, di ekosistem rawa gambut, izin sawit. Lalu bikin kanal-kanal, akhirnya kering. Maka restorasi gambut sekat kanal, dibasahi, untuk menyerap air. Oleh sawit kan dikeringkan, ditanggul, air nggak masuk kebun sawit. Berapa juta kubik air nggak masuk ke ribuan izin sawit tadi?! Karena kalau itu masuk, tenggelam sawitnya!” terang Kisworo.

Hal senada juga diungkapkan Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Kepala Kampanye Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Nasional, Melky Nahar, menduga banjir Kalimantan Selatan terjadi akibat alih fungsi hutan menjadi tambang dan sawit.

“Akibat tata guna lahan yang amburadul,” katanya.

Lewat akun twitter resmi @jatamnas, Jatam menyampaikan luas Kalsel saat ini mencapai 3,7 juta hektare. Mayoritas atau 70 persen di antaranya atau 2,6 juta hektare lahan itu telah beralih menjadi area industri ekstraktif.