Sebagian besar kegiatan diupayakan di kampus dan tempat tertentu yang aman. Khusus pelatihan harus dilakukan sembunyi-sembunyi dan disamarkan dengan berbagai nama kegiatan. Anehnya, jumlah kegiatan meningkat pesat, dan terjadi lonjakan penerimaan anggota. Seingatku, periode kepengurusanku mencatatkan penerimaan anggota terbanyak sejak tahun 1980 hingga tahun-tahun berikutnya.
Selama kurun 1989-1992, aku menjadi pengader nasional yang sempat berkeliling berbagai wilayah Indonesia. Uniknya, tanpa kepastian kepulangan, karena keamanan ataupun keterbatasan dana. Pernah tertahan lebih dari sebulan di Makassar. Pernah masuk UGD karena kelelahan, mengisi acara di Semarang, Purwokerto dan Jogja tanpa henti selama beberapa hari.
Kenangan paling indah adalah memperoleh jodoh Ety, yang juga aktivis HMI. Ety merupakan asik kelas yang pernah menjabat ketua KOHATI komisariat FE UGM dan Cabang Jogjakarta.
Singkat cerita, Aku amat beruntung pernah dibesarkan oleh dinamika HMI (MPO) dalam suasana perlawanan dan “penderitaan”. Kini semua menjadi kenangan indah yang tak terlupakan. Tak ada dendam pada aparat keamanan (TNI dan POLRI), dan cintaku masih besar pada NKRI.
Kini, Aku tidak ingin hari tua ku menjadi sesuatu yang “membatalkan” semua kenangan itu. Umpama dengan menganut nilai hidup yang jauh berbeda. Tak berminat pula untuk melacurkan diri pada kepentingan kekuasaan apa pun.
Perlawanan, perjuangan, bahkan penderitaan sejatinya menuliskan kenangan indah, insyaallah. Selamat Milad HMI! [rif]