Scroll untuk baca artikel
Analisis Awalil Rizky

Deindustrialisasi Prematur Berlanjut

Redaksi
×

Deindustrialisasi Prematur Berlanjut

Sebarkan artikel ini

Struktur manufaktur Indonesia tahun 2020 didominasi oleh pemakaian teknologi rendah, yang mencapai 54,43%. Selain kedua sektor tadi, terdapat sektor tekstil dan pakaian jadi, sektor kulit dan barang dari kulit, sektor furnitur, dan tiga sektor lainnya.

Deindustrialisasi prematur Indonesia dicirikan pula oleh tidak kuatnya struktur industri pengolahan. Dari 16 subsektor manufaktur pada data BPS, porsi terbesar adalah industri makanan dan minuman. Porsinya terus meningkat pesat dari tahun ke tahun, dan telah mencapai 34,45% pada tahun 2020. Hingga tiga triwulan tahun 2021, porsinya masih 34,68% dari total manufaktur.

Porsi subsektor manufaktur yang cenderung memakai teknologi rendah ini meningkat dibanding tahun 2010 yang baru sebesar 46,51%. Sedangkan yang berteknologi menengah turun signifikan, dari 26,84% menjadi 20,33%. Dan yang berteknologi tinggi sedikit turun menjadi sebesar 26,11%.

Besarnya proporsi industri berteknologi rendah dan kecilnya yang berteknologi tinggi terkonfirmasi pula dalam hal penyerapan tenaga kerja. Meskipun porsi industri pengolahan dalam PDB menurun, namun porsi penyerapan atas total pekerja tetap meningkat. Setelah menurun karena dampak pandemi pada tahun 2020, kembali meningkat pada tahun 2021.

Suatu kajian oleh tim Kementerian Perindustrian tahun 2019 tentang sektor industri tekstil, kimia dan makanan minuman, menambahkan daftar soalan dalam hal teknologi ini. Ditemukan bahwa pabrik-pabrik di ketiga sektor tersebut menggunakan peralatan-peralatan yang berusia lebih dari 10 tahun sehingga dapat dikatakan bahwa teknologi yang digunakan bukanlah teknologi state of the art dan berdampak pada penurunan efisiensi peralatan.

Tentu saja tidak seluruh fenomena sektor industri pengolahan memburuk. Salah satu yang tampak membaik dan menjanjikan perkembangan yang lebih baik adalah sektor industri kimia, farmasi dan obat tradisional.

Sektor itu tumbuh tinggi selama bertahun-tahun dan lebih pesat di era pandemi. Porsinya pada tahun 2020 mencapai 9,39% dan hingga triwulan III tahun 2021 meningkat menjadi 10,09%. Dalam hal teknologi termasuk kategori yang berteknologi tinggi.

Bagaimanapun, deindustrialisasi prematur masih terus berlangsung di Indonesia. Dibutuhkan arah kebijakan ekonomi yang lebih baik dalam industri pengolahan. Kuat dugaan, kondisi ini menjadi salah satu sebab Indonesia masih mengalami “middle income trap”. [dmr]