Deindustrialisasi terus berlanjut dan terindikasi memburuk selama 7 tahun terakhir. Ditunjukkan antara lain oleh: melambatnya laju pertumbuhan, mengecilnya kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi, dan menurunnya porsi dalam total PDB.
Perkembangan porsinya dalam kurun waktu dua dekade dapat dilakukan dengan menambahkan subsektor pengolahan tembakau. Pada data 2000-2009, kedua subsektor masih menjadi satu kelompok. Porsinya pada tahun 2000 sebesar 29,06% perlahan turun hingga 23,14% pada tahun 2006. Meningkat pada tahun-tahun berikutnya, dan makin pesat pada era tahun 2014-2020. Porsinya mencapai 38,88% pada tahun 2020.
Dalam wacana kajian tentang struktur manufaktur dengan tingkat teknologi yang secara umum dipakai dikenal tiga tingkatan. Yaitu: teknologi rendah, teknologi menengah, dan teknologi tinggi. Sektor industri makanan dan minuman serta sektor pengolahan tembakau termasuk memakai teknologi rendah.
Struktur manufaktur Indonesia tahun 2020 didominasi oleh pemakaian teknologi rendah, yang mencapai 54,43%. Selain kedua sektor tadi, terdapat sektor tekstil dan pakaian jadi, sektor kulit dan barang dari kulit, sektor furnitur, dan tiga sektor lainnya.
Deindustrialisasi prematur Indonesia dicirikan pula oleh tidak kuatnya struktur industri pengolahan. Dari 16 subsektor manufaktur pada data BPS, porsi terbesar adalah industri makanan dan minuman. Porsinya terus meningkat pesat dari tahun ke tahun, dan telah mencapai 34,45% pada tahun 2020. Hingga tiga triwulan tahun 2021, porsinya masih 34,68% dari total manufaktur.
Porsi subsektor manufaktur yang cenderung memakai teknologi rendah ini meningkat dibanding tahun 2010 yang baru sebesar 46,51%. Sedangkan yang berteknologi menengah turun signifikan, dari 26,84% menjadi 20,33%. Dan yang berteknologi tinggi sedikit turun menjadi sebesar 26,11%.
Besarnya proporsi industri berteknologi rendah dan kecilnya yang berteknologi tinggi terkonfirmasi pula dalam hal penyerapan tenaga kerja. Meskipun porsi industri pengolahan dalam PDB menurun, namun porsi penyerapan atas total pekerja tetap meningkat. Setelah menurun karena dampak pandemi pada tahun 2020, kembali meningkat pada tahun 2021.
Suatu kajian oleh tim Kementerian Perindustrian tahun 2019 tentang sektor industri tekstil, kimia dan makanan minuman, menambahkan daftar soalan dalam hal teknologi ini. Ditemukan bahwa pabrik-pabrik di ketiga sektor tersebut menggunakan peralatan-peralatan yang berusia lebih dari 10 tahun sehingga dapat dikatakan bahwa teknologi yang digunakan bukanlah teknologi state of the art dan berdampak pada penurunan efisiensi peralatan.