Scroll untuk baca artikel
Blog

Demi Layani Warga Jakarta, PAM Jaya Gelontorkan Subsidi Immaterial Rp600 M/Tahun

Redaksi
×

Demi Layani Warga Jakarta, PAM Jaya Gelontorkan Subsidi Immaterial Rp600 M/Tahun

Sebarkan artikel ini

Syahrul menambahkan, air curah dari tahun 2007-2021, agregat kenaikannya mencapai 73,94 persen. Ini air curah yang kita beli dari Tangerang, jelasnya

“Kemudian, air baku yang kita beli dari Jatiluhur kenaikannya sudah 113 persen. Kenaikan listrik agregatnya sudah 153 persen, tapi PAM Jaya tetap sama,” tambahnya.

Lalu, bagaimana dengan Pulau Seribu?

“Kita mengelola 8 SWRO (Sea Water Reverse Osmosis) dibangun oleh Dinas Sumber Daya Air, kemudian diserahkan ke PAM Jaya yang kelola. Biaya produksi 1 meter kubik di Pulau Seribu kurang lebih Rp30-40 ribu, tapi PAM Jaya jual dengan harga Rp1.050,” lanjut Syahrul.

Jika bicara bisnis, Syahrul menerangkan, tentu akan rugi.

“Tapi, karena ada keberpihakan, Pemprov DKI melalui PAM Jaya kita samakan antara yang di daratan dengan yang ada di Pulau Seribu. Memang ga dapat kalau bicara bisnisnya karena memang, kita harus mengisi gap biaya dan kalau kita bicara produksi karena air laut yang dikelola, maka tentunya banyak kondisi teknis yang juga secara pembiayaan atau maintenance itu jauh lebih mahal,” terangnya.

Soal tarif di Jakarta, Syahrul menyadari, tarif tersebut jauh lebih rendah dari kota penyangganya, seperti Depok dan Tangerang. Di Depok, Tirta Asasta Depok memberlakukan tarif untuk Kelompok I per satu meter kubik mulai dari Rp1.900-Rp6.800 dan untuk Kelompok II: rumah sangat sederhana dikenakan tarif Rp2.700/ satu meter kubik. Kemudian, Perumda Tirta Benteng Kota Tangerang memberlakukan tarif untik kelompok I mulai dari Rp2.400-Rp2.775/ satu meter kubik.

“Tarif air sesuai Permendagri tiap tahunnya boleh dinaikkan. Bahkan, Permendagri itu menyebutkan, memang Pemprov itu berkewajiban menyesuaikan, tapi kebijakan ga populis, makanya dari tahun 2007 hingga saat ini ga pernah dinaikkan,” ujarnya.

Syahrul berpendapat, kondisi itu kemudian tidak pernah dipublikasikan karena memang dihandel oleh Aetra dan Palyja.

“Oleh karena itu, saya kira pada persoalan in, memang penting publik Jakarta mengetahui betapa murahnya tarif yang selama ini diberlakukan oleh PAM Jaya,” pungkasnya. [rif]