Aplikasi pendeteksi Covid-19 temuan tim ilmuwan University of California ini diperkirakan bakal jadi alternatif tes PCR yang mahal dan tidak portabel.
BARISAN.CO – Tim ilmuwan dari University of California (UC) Santa Barbara mengaku berhasil kembangkan alat deteksi Covid-19 via ponsel.
Alat mereka, yang diberi nama smaRT-LAMP, terdiri dari kamera ponsel, aplikasi khusus, dan test kit untuk mengukur reaksi kimia air liur.
Alat smaRT-LAMP menganalisis sampel air liur guna mencari potongan-potongan materi genetik virus corona.
Sebagaimana mereka laporkan di jurnal JAMA Network Open pada 28 Januari 2022, sistem yang dikembangkan tim ini berhasil mendeteksi Covid-19 dan virus flu secara cepat dan akurat. Hanya butuh 25 menit untuk pengguna tahu hasil diagnosis.
Proyek ini dipimpin oleh profesor Michael Mahan, David Low, dan Charles Samuel dari UC Santa Barbara, bersama dengan dokter Rumah Sakit Santa Barbara Cottage, Jeffrey Fried dan Lynn Fitzgibbons, serta sejumlah kolaborator lain.
“Ketika varian Covid-19 baru muncul secara global, pengujian dan deteksi merupakan hal sangat penting untuk upaya pengendalian pandemi,” kata penulis utama Michael Mahan.
“Hampir separuh populasi dunia memiliki telepon genggam, dan kami percaya bahwa ini memiliki potensi yang menarik untuk memberikan akses yang adil dan setara ke pengobatan presisi,” tambahnya.
Sistem pengujian sampai saat ini juga masih ditujukan untuk penyedia layanan kesehatan, sebagai alternatif murah bagi masyarakat dengan akses terbatas ke tes PCR berbasis laboratorium. Tetapi, mereka berharap pada akhirnya dapat digunakan secara luas sebagai alat diagnostik di rumah-rumah.
Mudah Dipraktikkan
Untuk menggunakan alat ini, orang cukup menaruh air liurnya ke piring penampung. Air liur tersebut kemudian dicampur ke bahan kimia khusus di piring lain yang disebut hot plate.
Hot plate lalu ditutup dengan kardus yang bagian atasnya dilengkapi lampu LED dan HP.
Seterusnya, saat piring hot plate dipanaskan, bahan kimia akan bereaksi dengan air liur pengguna. Karena bahan kimia tersebut mengandung fluoresen, ia akan menyala jika mendeteksi virus corona di air liur.
Untuk mengamati perubahan warna di campuran air liur dan bahan kimia itu, para peneliti mengembangkan sebuah aplikasi bernama Bacticount. Aplikasi tersebut akan menggunakan kamera HP untuk mengambil foto setiap 10 detik saat pengujian. Jika air liur positif corona, aplikasi Bacticount akan menghitung jumlah partikel virus atau viral load dari seberapa cepat air liur itu berubah warna dengan fluoresen.
Sementara ini, aplikasi baru dikembangkan untuk sistem operasi Android dan dapat diunduh dari Google Play store. Namun, ke depan para peneliti berharap bisa mengembangkannya untuk iOS.
Alternatif PCR
Sejauh ini PCR masih jadi standar emas karena sensitivitas dan akurasinya, tetapi lambat, mahal, dan tidak portabel.
Tes LAMP yang diinisiasi tim Santa Barbara ini dianggap cocok dengan sensitivitas dan akurasi PCR, dengan waktu dan biaya yang sangat kecil. Selanjutnya, LAMP terjadi pada suhu konstan, yang cocok untuk pengujian di tempat perawatan dan di rumah.
Saat menguji akurasi sistem LAMP, para peneliti mengumpulkan sampel dari 20 pasien Covid-19 bergejala di Rumah Sakit Santa Barbara Cottage, serta dari 30 individu tanpa gejala, kemudian melakukan tes buta.
Hasil tes menunjukkan, dari semua 50 sampel, semuanya cocok dengan hasil tes PCR dengan akurasi 100 persen.
Tim meyakini suatu hari ketika alat uji rakitan ini akan tersedia secara komersial, yang akan menyederhanakan pengujian lebih jauh. Namun, sejauh ini para peneliti belum meminta persetujuan dari Food and Drug Administration (Badan Pengawas Obat dan Pangan Amerika Serikat). [dmr]