Scroll untuk baca artikel
Olahraga

Diego Maradona, Tuhan yang Mati Meninggalkan Tangan Kiri

Redaksi
×

Diego Maradona, Tuhan yang Mati Meninggalkan Tangan Kiri

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Tuhan lahir pada tahun 1986 di perhelatan Piala Dunia, lalu menjadi besar setelah dipuja dan dicaci banyak orang, lalu mati pada tahun 2020 karena serangan jantung. Banyak orang berduka atas kematian ‘sang tuhan’ alias Diego Maradona, termasuk pemimpin umat Katolik dunia Paus Fransiskus.

Juru Bicara Vatikan, Matteo Bruni, mengatakan Sri Paus terpukul mendengar kematian Maradona. “Beliau langsung teringat kembali saat-saat bertemu dengan Maradona beberapa tahun lalu, dan akan selalu mendoakannya,” kata Bruni seperti dilansir Associated Press, Kamis (26/11).

Untaian duka sepeninggal Maradona juga diucapkan Cristiano Ronaldo dalam postingan Facebooknya.

“Hari ini saya mengucap selamat tinggal kepada seorang teman dan perpisahan dunia yang abadi untuk seorang genius. Salah seorang pesulap terbaik yang pernah ada. Seorang pesulap yang tak tertandingi.”

Di Argentina, Presiden Alberto Fernández bahkan menetapkan masa berkabung nasional selama tiga hari untuk mengenang sang legenda.

Sebelum Kematian

Yang membedakan kematian Maradona dari pesepakbola lain adalah catatan kehidupannya. Ia banyak membuat prestasi sebanyak kontroversi, terutama golnya pada perempat-final Piala Dunia 1986. Video-video menunjukkan tangan kiri Maradona menyentuh bola sebelum masuk ke gawang kiper timnas Inggris Peter Shilton. Namun, gol itu tetap disahkan oleh hakim garis Bogdan Dochev.

Oleh sebagian besar pendukung Inggris, gol ‘Tangan Tuhan’ Maradona itu membuatnya dicap keparat sampai kapanpun.

Berbanding terbalik dengan gol kontroversial yang tercipta menit ’51 di laga itu, gol kedua timnas Argentina—yang juga dicetak Maradona—ditahbiskan sebagai ‘Gol Terbaik Abad Ini (ke-20)’ oleh FIFA dan pecinta sepak bola dunia. Maradona membuat seakan-akan menggiring bola dari tengah lapangan sambil melewati sekian pemain itu semudah meludah.

Gol kedua itu disambut penuh suka cita. “Untuk pertama kali dalam karier saya, gol itu membuat saya bertepuk tangan untuk tim lawan,” ujar Gary Lineker, pemain timnas Inggris yang juga mencetak gol pada pertandingan tersebut.

Pada Oktober 1997, Maradona menyatakan pensiun. Dilihat dari perjalanannya, keputusan Maradona ini boleh jadi urusan yang menarik. Ia telah berubah mulai dari anak berbakat lalu menjadi bintang lalu melegenda lalu doyan obat lalu pensiun di umur 37 tahun sebagai jelmaan kue bantet.

Usai pensiun, ia dikenal atas gaya hidupnya yang tidak sehat. Maradona pernah menjalani operasi lambung untuk menurunkan berat badan pada tahun 2005. Ia juga sempat dirawat akibat hepatitis yang disebabkan kecanduan alkohol.

Namun untuk urusan mendukung timnas Argentina, Maradona selalu berada di barisan terdepan, tidak peduli apapun yang sedang ia derita. Setelah tidak lagi memperkuat timnas, rasa cintanya kerap ditunjukkan lewat kritik-kritik pedas. Beberapa tahun belakangan, ia berkali-kali juga mengkritik Messi dkk atas performanya yang sering kali tidak menggembirakan.

Maradona melakukan itu, hanya demi melihat Argentina kembali meraih Piala Dunia, yang terakhir kali diraih Albiceleste pada tahun 1986 silam berkat uluran tangan tuhan.

Terlepas dari begitu banyak catatan hidupnya yang tidak aduhai, dengan atau sonder bola, Maradona ialah fenomena bagi dunia. Ia telah melewati pencapaian-pencapaian fenomenal yang barangkali tidak bisa dilakukan pesepakbola lain dalam satu-dua generasi ke depan.