Pertama keimanan kita kepada Allah SWT, keyakinan kita atas berbagai karunia yang dicurahkan selama bulan suci Ramadhan. Dalam hadits disebutkan bahwa di antara keistimewaan ibadah puasa adalah ia merupakan sebuah ibadah yang khusus, untuk keharibaan Zaat Allah SWT.
Dan karena kekhususannya, Allahlah Yang akan secara khusus pula memberikan ganjaranNya kepada manusia. Di situ nilai spiritual yang agung dari puasa adalah tentang nilai keikhlasan.
Kedua, ibadah puasa mengukur jati diri manusia dari aspek intelektual, emosional, dan spiritual. Secara intelektual ibadah puasa memberikan pesan moral yang amat banyak, anjuran merenungi, merefleksi diri, mengkaji, menela’ah berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia dalam beragama, menjalankan pesan-pesan taqwa, menjalankan peran sebagai khalifah yang dasarnya adalah ajaran nabi Muhamamd SAW.
Kecerdasan emosi mendorong lahirnya ketabahan dan kesabaran menghadapi segala tantangan dan ujian. Banyak disebutkan dalam tuntunan beribadah puasa sebagaimana disebutkan oleh Rasululkah SAW:
“Apabila salah seorang di antara kamu berpuasa, maka janganlah ia mengucapkan kata-kata buruk, jangan juga berteriak memaki. Bila ada yang memakinya atau mengutuknya, maka hendaknya ia berucap, ‘Aku sedang berpuasa,” yakni aku sedang mengendalikan nafsuku sehingga tidak akan berbicara atau bertindak, kecuali sesuai dengan tuntunan akal, moral, dan agama.
Jadi, melalui ibadah puasa, kecerdasan ini perlu dibarengi dengan keccerdasan spiritual dan emosional, jika tidak, maka manusia, bahkan kemanusiaan seluruhnya, akan terjerumus dalam jurang kebinasaan. Bahkan, ia akan menjadi seperti kepompong yang membakar dirinya sendiri karena kepintarannya.
Puasa dalam dimensi sosial
Ibadah Ramadhan sangat erat kaitannya dengan penanaman dan penguatan nilai-nilai sosial. Mari kita lihat pesan-pesan moral puasa dalam dimensi sosial:
Ayat tentang puasa menyebutkan tentang ‘rukhshah’ (keringanan) bagi orang-orang yang berhalangan untuk menjalankan ibadah puasa. Kemudian memberikan semacam “denda”, menurut saya itu bukan denda, kecuali ada pelanggaran, disebutkan secara khusus dalam hadits nabi Muhammad SAW.
Orang yang berhalangan puasa karena sakit atau dalam perjalanan, Allah memberikan keringanan untuk menggantinya di bulan lain, begitupun para wanita yang sedang haid atau nifas. Sedangkan orang yang berat untuk melakukan ibadah puasa, seperti para orang yang sudah tua, atau lemah, sehingga berat baginya berpuasa, Allah meminta mereka untuk bersedekah kepada orang miskin (fidyah).