Barisan.co – Edward Joseph Snowden merupakan mantan staf Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat, National Security Agency (NSA). Sebelum menjadi staf NSA, ia bekerja untuk CIA. Kala melamar pekerjaan di CIA, ia menyebutkan bahwa ia menyukai moto dari pasukan khusus adalah Oppresso Liber (membebaskan orang-orang dari penindasan).
Snowden tidak lulus SMA. Ia tak minum alkohol dan juga memakai narkoba. Ia memilih kegilaan terhadap hal yang lain yaitu komputer, dan kegilaan itu membawanya lolos dalam seleksi anggota CIA.
Dalam tes kecerdasan yang dilakukan CIA, peserta diminta membuat sistem jaringan komunikasi tersembunyi, menyebarkan, membuat cadangan, menghancurkan, kemudian diperbaiki lagi. Snowden hanya membutuhkan waktu 38 menit yang biasanya orang lain membutuhkan waktu minimal 5 jam.
Ia terlihat normal seperti orang lain. Namun siapa sangka ia menderita penyakit yang bisa saja mengancam nyawanya yaitu epilepsi. Penyakit itu muncul kali pertama saat ia bersama kekasihnya, Lindsay Mills.
Epilepsi sendiri merupaan gangguan sel saraf di otak yang terganggu dan menyebabkan kejang. Sebelumnya, mendiang Ibu dari Snowden juga menderita penyakit yang sama.
Bagi penderitanya, epilepsi sendiri bisa menjadi bom waktu yang dapat meledak kapanpun. Karena kemunculannya tidak dapat disadari sebelumnya. Bahaya mengancam ketika seorang penderita penyakit tersebut dalam keadaan berkendara atau berada di atas ketinggian.
Ia seharusnya menjalani pengobatan untuk penyakitnya. Mengurangi stres adalah salah satu jalan untuk menghindari penyakit yang diidapnya tidak kambuh.
Kala berkumpul bersama koleganya, penyakit epilepsinya kambuh. Bekerja dengan tekanan pekerjaan Snowden tidaklah mudah dan tidak semua orang bisa. Terutama ketika ia harus menghadapi situasi yang bisa saja ancaman terhadap nyawanya.
Membocorkan Rahasia Amerika
Snowden mendapatkan banyak uang, jabatan yang bagus, serta kekasih yang amat dicintainya. Ia hidup di negara yang sempurna, yang menghargai pendapat dan privasi warganya. Setidaknya begitulah yang pada awalnya ia kira.
Sampai kemudian ia menemukan praktik kotor yang dilakukan intelijen Amerika. Di mana, apapun yang ia katakan, lakukan, siapapun yang ia ajak bicara, setiap ekspresi kreativitas, cinta atau persahabatan ternyata direkam oleh otoritas negara NSA.
Baginya praktik NSA itu tidak dapat dibenarkan. Apalagi menurutnya, hampir tidak ada batasan regulasi sampai sejauh mana NSA dapat masuk ke privasi warganya. Itulah alasan hingga pada gilirannya ia memutuskan untuk membocorkan operasi kotor itu kepada publik.
Kemudian setelah mendapatkan informasi yang yang dibutuhkan, Ia terbang ke Hongkong untuk menemui jurnalis dari The Guardian dan The Washington Post. Sebab itulah, Snowden kehilangan kewarganegaraannya karena keputusannya menjadi whistleblower tentang informasi program mata-mata rahasia yang dilakukan oleh negaranya kepada pers.
Snowden menyadari sebelum ia memutuskan untuk melakukan hal yang begitu berani jika ia akan dituduh menjadi spionase pada akhirnya.
Di balik itu semua, Lindsay selalu mendukung Snowden. Sekalipun, mereka sempat berpisah karena kekhawatiran berlebihan yang dilakukan oleh Snowden.
Snowden mendapat suaka dari pemerintah Rusia sejak 2013 lalu. Tak lama setelahnya atau setahun kemudian, Lindsay dan Snowden bersatu kembali setelah sekian lama Snowden diasingkan di Moskow. Kemudian, pada 2017 mereka menikah.
Kini, pasangan tersebut sedang menunggu anak pertama mereka lahir. Pada 22 Oktober 2020 kemarin, pemerintah Rusia telah memberikan hak tinggal permanen kepada Edward Snowden.