BARISAN.CO – Dr Aviliani mengatakan perkembangan sektor keuangan terjadi amat cepat seiring terjadinya kemajuan teknologi digital dan informasi. Hal ini mampu mengubah secara total asumsi-asumsi pada sektor keuangan yang bentuknya pun telah berubah pada beberapa waktu terakhir.
“Karena ketidakpastian global yang begitu tinggi (VUCA). Maka di dalam mengelola sektor keuangan pemerintah dan pengusaha harus adaptif terhadap perubahan yang begitu cepat,” sambungnya dalam Webinar Ekonom Indef; Kemerdekaan dan Mada Depan Ekonomi Bangsa yang diselenggarakan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Selasa (10/8/2021).
Perubahan ekonomi domestik dan dunia setiap tiga bulan bisa berubah secara signifikan dan penyebab perubahannya bisa berbeda-beda. Meskipun perubahan datang dari eksternal, tetapi eksternal pun bisa berbeda-beda tingkat perubahannya pada antar negara atau benua.
Aviliani mencontohkan, pada tahun depan India diperkirakan agak mengalami gagal bayar akibat utang terhadap PDB nya sudah sangat besar. Demikian pula dengan China yang BUMN nya mempunyai utang cukup besar. Pendek kata, perubahan yang terjadi ke depan akan membuat perekonomian dunia diperkirakan tidak akan bisa stabil.
Dengan asumsi ketidakpastian yang tinggi itulah, sekarang pihak regulator BI dan OJK telah mengungkapkan akan berpijak pada principal base ketimbang rule base. Karena jika pada rule base dalam kasus contoh perusahaan multifinance yang bermasalah dan harus ditutup, padahal menutup perusahaan akan mempunyai dampak likuiditas perbankan.
Dalam principal base, besarannya yang akan diatur namun, judgement-judgement akan menjadi keputusan.
“Syaratnya, harus punya governance oleh regulator karena bila tidak, akan terjadi manipulasi atau kongkalingkong,” terangnya.
Sementara itu Dr. Evi Noor Afifah menyatakan pada kondisi pre-Covid-19 kegiatan yang banyak mengarah pada kerumunan dan mobilitas masyarakat adalah kegiatan yang menjadi tulangpunggung Perekonomian Daerah di Indonesia.
“Terutama daerah-daerah yang sangat mengandalkan kunjungan wisata, atraksi dan tempat-tempat wisata sebagai contoh. Kondisi yang amat volatile dari VUCA belakangan ini membuat banyak rencana-rencana tertunda, lanjutnya.
Pada konsisi pandemi, Evi Noor mengatakan eskalasi VUCA (Volatilities, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) menjadi semakin tinggi yang menimbulkan tantangan bagaimana cara bertahan hidup. Adaptasi dan inovasi menjadi hal yang teramat penting dan harus dilakukan oleh siapapun agar bisa bertahan pada kondisi pandemi.
Sektor Pertanian
Lain lagi dengan Esther Sri Astuti, Ph.D yang berpijak pada sektor pertanian, petumbuhan sektor pertanian di Indonesia pada periode 2020 tumbuh sekitar 8,8 persen.
Masih tumbuh cukup positif dibanding negara-negara tetangga, namun jika dicermati ternyata masih banyak sektor pertanian domestik yang hanya tumbuh sekitar 2 persen. Demikian pula dari sisi value added Indonesia masih relative sedikit memperoleh value added sektor pertanian. Misalnya, komoditas kopi yang seharusnya sudah harus diekspor dalam bentuk kopi roasted,” imbuh Esther
Menurut Esther Sri Astuti, sektor pertanian domesti pada 2020 memang berhasil menyumbang PDB sebesar 13,7 persen, nomor dua setelah manufaktur. Sektor pertanian tetap tumbuh pada masa pandemic karena semua orang butuh dasar pangan.
PDB sektor pertanian pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Pekerja yang bekerja pada sektor pertanian Indonesia pun ternyata lebih baik. Sekitar 38 persen masyarakat Indonesia bekerja di sektor pertanian.