Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Ekonomi Keluarga

Redaksi
×

Ekonomi Keluarga

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Ekonomi keluarga: dalam suatu sesi pelatihan, dibuatlah dua kelompok kartu, yang satu berisi kebutuhan-kebutuhan diri. Seperti mengejar diskon, harga murah, jalan-jalan keluar bersama keluarga, makan bakso dan sebagainya.

Sedangkan kelompok yang lain berisi kebutuhan-kebutuhan keluarga yang wajib untuk dipenuhi, pada kelompok pertama mereka boleh memilih untuk menggunakan atau tidak, akan tetapi kelompok kewajiban seperti anak bayar sekolah, anak sakit dan bayar listrik dimasukkan dalam kelompok yang tidak boleh tidak harus dibayarkan.

Pada simulasi diketahui bahwa satu keluarga sederhana bisa menyelamatkan penghasilan keluarganya dengan cara ngirit banget. Dengan pola itu, mereka tidak bisa menikmati kebahagiaan dan kegembiraan dengan menggunakan dana yang mereka miliki.

Tapi ternyata banyak sekali keluarga yang tidak mampu mengelola keuangan keluarganya. Selalu saja pendapatannya kurang, karena tidak memiliki satu fungsi budgeting  (anggaran) yakni fungsi untuk mengurutkan prioritas dalam mengatur keuangan keluarga.

Memang, pelatihan-pelatihan seperti ini dalam suatu keluarga menjadi sangat penting. Dimana kalau semua keluarga menjadi sangat irit, mengekang konsumsi. Tentu secara makro tidak baik pula untuk ekonomi daerah tersebut. Mengapa?

Karena tidak terjadinya konsumsi tersebut mengakibatkan orang tidak melakukan produksi atau berusaha memenuhi suplai atas kebutuhan. Dengan demikian, ekonomi sulit untuk berjalan.

Akan tetapi, memboros-boroskan pendapatan apalagi dengan cara yang marak didorong oleh lembaga-lembaga keuangan yang pada umumnya menawarkan kepada mereka, “pakai dulu, bayar belakangan.”

Dengan begitu, mereka sedang didorong untuk mencuri masa depannya sendiri untuk dipakai hari ini. Bagi keluarga yang kreatif atau beruntung, keterpaksaan akibat tambahnya pengeluaran itu kemudian mereka memacu untuk mendapatkan penghasilan tambahan, akan tetapi ada pula yang gagal, pembiayaan mereka bermasalah.

Jika hal seperti ini banyak dijumpai, tentu menjadi tidak terlalu bagus pula bagi ekonomi suatu wilayah, ekonomi menjadi tidak bergerak. Karena uang lebih banyak masuk kepada lembaga penyedia pinjaman dan bukan digunakan untuk memicu produksi.

Maka sesungguhnyalah, mengatur ekonomi keluarga adalah sesuatu yang penting. Berupayalah agar penghasilan keluarga dapat membawa kebahagiaan. Dalam artian, tidak terlalu irit sehingga mematikan kebutuhan-kebutuhan konsumtif (kesenangan konsumtif), tetapi juga tidak terlalu menjadi boros sehingga menuai penderitaan di kemudian hari.

Bukankah sebagaimana orang tua kita bilang “kadzal fakru ayyakuna kufron” (adanya kefakiran itu akan melahirkan kekufuran). Juga terdapat dalam Al-Qur’an surat Quraisy, disebutkan “Al-ladzi at-‘amahum min jui wa amanahum min khouf” (yang telahmemberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan).