Scroll untuk baca artikel
Kolom

Episentrum Politik Pilkada Jakarta 2024

Redaksi
×

Episentrum Politik Pilkada Jakarta 2024

Sebarkan artikel ini
Politik Pilkada Jakarta 2024
Imam Trikarsohadi

Jakarta membutuhkan pemimpin yang paham tata kelola kota baik dari segi infrastruktur, ekonomi, pendidikan, social, dan yang terpenting memahami tata kelola transportasi untuk mengurangi kemacetan.

Oleh: Imam Trikarsohadi
(Peneliti Pusat Kajian Manajemen Strategis)

APA boleh buat, episentrum politik pascapemilu 2024 bertumpu pada Pilkada Jakarta. Sebab itu, Pilkada Jakarta tetap menjadi momentum paling bergengsi bagi para elite dan partai politik.

Fakta itulah yang kemudian membuat proses koalisi dan penetapan bacalon gubernur dan wakil gubernur Jakarta begitu dinamis dan cukup alot.

Diakui atau tidak, kini sedang berlangsung fase dimana para partai politik sedang saling berebut legitimasi dan adu strategi. Tidak ada kepastian bahwa parpol yang bersekutu pada Pilpres lalu akan kembali bersekutu dalam Pilkada Jakarta.

Bagi calon kontestan dan para pendukungnya, Pilkada Jakarta adalah seni ihwal daya juang, harga diri, dan termasuk didalamnya semacam trauma politik. Sebab itu, amat membutuhkan loyalitas dan optimisme tinggi dengan berbagai konsekuensi.

Memang, hingga sejauh ini, nama Anies Baswedan masih menjadi primadona bagi kalangan elite dan partai politik, oleh sebab kapasitas dan kapabilitasnya untuk kembali memimpin Jakarta lagi. Nama-nama lainya masih terdengar sayup-sayup di telinga warga Jakarta.

Bagi para calon kompetitor Anies, Pilkada Jakarta 2024 adalah jalan rumit. Karena tak dapat disangkal bahwa Anies yang punya pengalaman pernah menjadi gunernur Jakarta dan merupakan figur yang menjadi primadona sebagian besar masyarakat Jakarta.

Masyarakat Jakarta adalah masyarakat rasional, maka afiliasi politik mereka cenderung dominan kepada seorang yang sudah berpengalaman.

Selain itu, Anies merupakan salah satu tokoh yang selalu getol memperjuangkan hak-hak rakyat. Sebab itu warga Jakarta sangat membutuhkan kepemimpinan Anies agar hak-haknya dipenuhi. Jadi, aspirasi masyarakat akan mudah terealisasikan jika pemimpinnya berada di baris oposisi, bukan dalam koalisi.

Intinya, Jakarta membutuhkan pemimpin yang paham tata kelola kota baik dari segi infrastruktur, ekonomi, pendidikan, social, dan yang terpenting memahami tata kelola transportasi untuk mengurangi kemacetan.

Lanskap politik Pilkada Jakarta sangatlah kompleks dan membutuhkan kalkulasi politik secara matang dalam setiap masanya. Maka kemudian, para elite dan partai politik membutuhkan kalkulasi detail dalam mengusung calon, sebab dinamika politik Jakarta penuh dengan kompleksitas.

Lawan terberat Anies adalah berhadapan dengan calon yang diusung oleh partai koalisi pemenang Pilpres 2024. Sebab itu ia butuh modal kuat berupa politik integritas dan keberpihakan pada rakyat . Ini PR nya.[]