“Praktik-praktik korupsi institusional, kesalahan tata kelola dan lain-lain yang berdampak pada kerusakan lingkungan harus segera disadari sebagai hal memalukan dan harus dihentikan,” imbuhnya.
Menurutnya, sejak 2015 telah coba diupayakan penyadaran-penyadaran melalui ajaran agama bagi penyelamatan lingkungan bekerja sama dengan berbagai institusi.
Fachruddin mencontohkan, ketika terjadi kebakaran hutan dahsyat pada 2015 di Riau sehingga BNPB merasa kewalahan, diadakanlah salat minta hujan dan seketika terjadi hujan cukup besar.
“Pendekatan-pendekatan kearifan lokal melalui agama dan tinjauan metafisika yang kerap dianggap tidak ada, kadang-kadang justru membantu,” terangnya.
Menurut Fachrudiin sebagai negara yang berkeTuhanan, perlu dilakukan lagi pendekatan-pendekatan spiritual seperti itu dalam penanggulangan kerusakan alam.
“Pesan-pesan moral sebagaimana ditulis dalam “Generasi Terakhir” perlu disosialisasikan sebagai generasi terakhir anak manusia yang perlu menyelamatkan Bumi sebagai warisan luhur,” pungkasnya (Luk)