Scroll untuk baca artikel
Terkini

Gabrul Bareng Ketua Lesbumi Jateng, Bicara Kesaktian Orang-orang Jawa

Redaksi
×

Gabrul Bareng Ketua Lesbumi Jateng, Bicara Kesaktian Orang-orang Jawa

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Malam selikuran di bulan ramadan, biasanya diisi peringatan Nuzulul Quran atau peristiwa turunnya Al-Qur’an. Namun Habib Arafat menyelenggarakan acara dengan program “Gabrul Bareng.” Edisi keempat Ngabrul Bareng Lukni Maulana yang saat ini diamanahi Ketua Lesbumi PWNU Jawa Tengah. Mengusung tema Neraca Kebudayaan Jawa Tengah.

“Sebagai Ketua Lesbumi, tentu saya akan bicara kebudayaan melalui proses masuknya Islam di Jawa Tengah. Mengislamkan tanah Jawa itu sangat sulit, karena orang-orangnya sakti dan kuat mandraguna,” ucap Lukni saat Live acara yang diselenggarakan melalui Streaming Instagram @hb_arafat, Minggu (2/5/2021)

Lukni Maulana mengatakan butuh waktu selama hampir 600 tahun mengislamkan tanah Jawa. Dikuasi kelompok Birawatantra yang memiliki kesaktian dan bahkan ilmu sihir. Mengenai sihir sendiri tidak dapat dipungkiri adanya ilmu semacam itu. Sebab Rasulullah sendiri pernah terkena sihir.

“Lalu turunlah surat Al-Falaq dan An-Naas. Dua surat ini dikenal dengan nama Al-Mu’awwidzatain berarti dua perlindungan. Rasulullah disihir oleh Bani Zuraiq dengan memakai tujuh rontokkan rambut yang dililitkan pada bentuk manusia lalu ditutupi dengan daun kurma,” lanjutnya.

Lukni menambahkan, datangnya Syekh Maulana Muhammad Al-Baqir Al-Farsi mengislamkan tanah jawa. Ia turun di Gunung Tidar, berlanjut ke Dieng dan Lawu. Kemudian namanya dikenal masyarakat dengan sebutan Syekh Subakir.

“Soekarno tertarik ingin memiliki tentara yang sakti dan kuat, tak heran jika nama tentaranya diambil dari nama kelompok Biarawatantra. Namua pasukannya Soekarno yakni Cakra Birawa,” sambung Lukni yang saat ini menjadi Pimpinan Redaksi Barisan.co.

Pengasuh Taman Akademi ini menyatakan Kebudayaan di Jawa Tengah tidak dapat lepas dari karakter saktinya Biarawatanra. Sehingga karakteristik kebudayaan di Jawa Tengah terlebih khusus di daerah atas atau pegunungan cenderung seram dan menakutkan, khususnya prespektif anak-anak. Karena kesenian seperti Jatilan, kuda lumping, rampak buto, maupun barongan menampilkan sosok-sosok yang seram. Namun hal itu bisa menjadi simbol dan kritik pemerintahan saat itu. dan juga representasi dari kawasan yang dipenuhi dengan hutan lebat.

Ngarul Bareng

Penggagas Gabrul Habib Arafat mengatakan gabrul merupakan suatu bentuk obrolan yang tidak harus ada nilai sinau atau ngajinya. Tidak pula harus memiliki dasar.

“Gabrul ini semacam obrolan sewaktu di cangkrukan dan tujuannya menyambung silaturahmi. Gabrul Bareng ramadahan tahun ini merupakan tahun kedua yang dimulai pada ramadan tahun 1441 H,” terangnya.

Owner Mata Production ini menyampaikan semoga setelah ramadan, gabrul bareng bisa menjadi program rutin, dwimingguan, trimingguan maupun bulanan.

“Sedangkan Gabrul Bareng Ketua Lesbumi PWNU NU Jawa Tengah merupakan edisi keempat di ramadan tahun ini,” terangnya.