“Para korban pada umumnya meninggal karena desak-desakan, saling himpit, dan terinjak-injak, serta sesak napas. Tak ada korban pemukulan atau penganiayaan antar suporter,” kata Mahfud dalam keterangannya, Minggu (2/10/2022).
Tragedi Terparah Kedua di Dunia
Kerusuhan suporter ini disinyalir tercatat sebagai salah satu tragedi dengan korban jiwa di atas 100 orang dan termasuk terbanyak kedua di dunia.
Bahkan, kerusuhan di Kanjuruhan ini bisa dibilang lebih parah jika dibandingkan dengan tragedi Hillsborough ataupun Heysel yang sebelumnya sudah melegenda.
Kericuhan suporter dengan korban jiwa paling banyak terjadi saat laga tim nasional Peru vs Argentina untuk kualifikasi Olimpiade Musim Panas 1964.
Peristiwa itu, menurut BBC, merupakan salah satu tragedi terparah dalam sejarah sepak bola dunia. Kericuhan suporter sepak bola di Estadio Nacional di Lima, Peru ini merenggut nyawa sekitar 328 orang. Sementara 500 lainnya terluka. [rif]