BARISAN.CO – Perempuan kerap mengalami saat mengalami sakit dan nyeri saat menstruasi yang membuat mereka mustahil untuk menjalani hari seperti biasanya. Namun, perempuan kerap mendapatkan komentar tidak menyenangkan atas hal yang dialaminya tersebut.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset pemasaran, OnePoll bersama perusahaan merek Intimina tentang tingkat dukungan yang diterima perempuan saat menstruasi menemukan lebih dari setengah perempuan menyebut tidak ada yang menganggap hal itu serius.
Penelitian tersebut mendapati komentar tentang nyeri yang perempuan alami sebanyak 29 persen jika rasa sakitnya tidak terlalu parah bahkan dianggap dramatis sekitar 26 persen. Selain itu, responden dinasehati untuk minum teh (25 persen) dan tidur (21 persen).
Padahal sekitar 42 persen diantara mereka pernah menangis karena gejala haid mengalami kram dan sakit kepala, sulit tidur (39 persen), dan muntah (25 persen). Sehingga 44 persen responden memilih untuk tidak membicarakan situasi yang dihadapi tersebut.
Dikutip dari studyfinds.org, manajer merek global Intimina, Danela Zagar, menyampaikan menstruasi datang dengan gejala berbeda dan bervariasi bagi tiap perempuan.
“Beberapa mengalami periode ringan tanpa efek samping yang khas, dan di sisi lain, ada perempuan yang bahkan mungkin mencari bantuan medis karena gejalanya,” kata Danela.
Setengah dari perempuan atau sekitar 52 persen mendapat pengalaman buruk saat meminta dan menerima saran orang lain. Itu membuat 46 persen perempuan merasa sendirian ketika masalah kesehatan potensial muncul di kehidupan mereka. Di antara mereka lebih memilih untuk mencari tahu sendiri tentang yang terjadi dengan tubuhnya.
Gejala menstruasi memang bukan masalah yang bisa dianggap enteng. Namun tanpa dukungan dan kepercayaan membuat perempuan kerap terisolasi dengan masalah yang dialami.
Hal itu pun dialami oleh seorang karyawan di Jakarta. Ia mengalami gejala menstruasi yang begitu menyiksa.
“Cuti kalau hari kerja. Sakit banget soalnya. Tapi, bosku malah bilang itu karena pikiran. Pikirannya anggap sakit jadinya sakit. Padahal, sakit begini sudah sejak SMP,” kata Dilla.
Berbeda cerita dengan Intan, ia tidak bisa mengambil cuti.
“Tempat kerjanya memang tidak memberikan cuti menstruasi. Jadi kalau tidak masuk, bisa kehilangan penghasilan. Sistem gajinya dihitung harian, kalau tidak masuk, ya kehilangan uang satu hari,” tutur Intan.
Sedangkan Kiki menyampaikan jika ia termasuk beruntung karena tidak mengalami gejala menstruasi.
“Aku termasuk beruntung. Kalau lihat teman-teman lain, ada yang sampai guling-gulingan karena menahan sakit itu,” ungkap Kiki.
Tiap bulannya, perempuan mengalami siklus menstruasi yang bisa berpengaruh bagi emosional dan fisik mereka. Meski begitu, menyepelekan gejala menstruasi bisa dianggap mengecewakan terutama bagi mereka yang dianggap dramatis atas sakit yang dialami.