Scroll untuk baca artikel
Blog

Geliat Cagar Budaya dan Gegap-Gempita Teknologi Digital: Milenial Dipihak Mana?

Redaksi
×

Geliat Cagar Budaya dan Gegap-Gempita Teknologi Digital: Milenial Dipihak Mana?

Sebarkan artikel ini

Cagar Budaya Adalah Tentang Ide dan Nilai

Tentang filosofi, cagar budaya menekankan nilai melestarikan apa  yang penting dalam masyarakat kita; tentang pola pikir, cagar  budaya menegaskan pemahaman tentang perbedaan antara  perubahan dan kemajuan, anatara baru dan lebih baik, antara  kebenaran abadi, nilai-nilai abadi, serta mode dan mode saat ini;  tentang pelestarian budaya, cagar budaya merupakan sebuah  gerakan, karena mendorong dan menginspirasi kita untuk bekerja  sama melestarikan budaya terbaik kita dan melihat bahwa warisan ini diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Kemajuan teknologi digital saat ini, dirasakan atau tidak  memengaruhi dan membentuk perilaku baru. Yang kemudian hari akan menjadi budaya baru. Media sosial akan membentuk perilaku, lalu budaya baru. Kita bisa melihat dan merasakannya, kalau mau  jujur.

Kata kunci VIRAL bisa menjadi pintu masuk pembacaan pola  perubahan perilaku yang dihasilkan media sosial bahkan jurnalisme  kita. Dampaknya, kita bisa melihat kualitas konten kita.

Aplikasi yang dihasilkan dari pemanfaatan teknologi digital atau  internet, yang kita kenal dengan platform digital, seperti yang kita pakai sehari-hari juga bisa kita lihat, memengaruhi dan membentuk perilaku baru atau tidak?

Pribadi terkemuka, Gita Wiryawan pernah mengatakan, “Banyak  platform yang lahir di negeri kita kering filosofi.” Pembacaan liar  saya, paltform yang ada di negeri kita dilahirkan atas latar belakang

kebutuhan pasar belaka bukan atas dasar peningkatan kualitas  manusia, mengangkat martabat manusia serta pemberdayaan nilai.  

Dampaknya, tidak sedikit yang tumbang sebelum tanggal kalender bulanan habis. Sekali lagi, tidak hendak mencari perbedaan dulu dan kini,  kemajuan dan ketertinggalan, cagar budaya dan teknologi digital.

Semestinya, apa yang kita kenal dengan platform tidak semata-mata  milik apapun yang bisa kita unduh di playstore. Platform merupakan titik temu bagi banyak pihak dengan secara suka rela;  platformi bisa saja ide, narasi, dan gagasan bahkan nilai.

Contoh, “Gotong Royong” adalah platform bonding sosial. Contoh lain, “Sambatan” adalah platform kerja sama. Baik gotong royong  maupun sambatan adalah platform berbasis nilai.

Cagar budaya bisa kita posisikan sebagai platform.Wadah untuk  menemukan, mempelajari, memahami nilai, cara, teknologi, metodologi , konsep, gagasan, ide dari pendahulu. Contoh, Era  Kalingga, Jaman Ratu Shima memiliki sistem ”Tanibala” yaitu  sebuah sistem yang mengatur ragam aktivitas masyarakat tani  termasuk pengaturan irigasi bahkan cara pemanfaatan kawasan pertanian: pemilihan tananam dan sebagainya.  ”Tanibala” sebagai nilai, kala itu berpengaruh besar terhadap masyarakat tani.