Bagaimana memosisikan alam, tanaman, dan sesama petani. Terdapat relasi antara manusia-alam-Tuhan yang ujungnya martabat manusia terjaga, yaitu menjadi hamba di hadapan Tuhannya-Menjadi keluarga di hadapan alam. Dampaknya, ada harmoni manusia dan alam. Akhirnya berbuah minimalisasi pengrusaka terhadap alam.
Baik cagar budaya dan teknologi digital merupakan sama-sama sebuah platform. Bila bisa lebur kenapa harus dipertentangkan, PR kita bersama sebagai milenial mencari titik temu. Tugas jaman kita adalah meninggalkan budaya yang kelak di lihat anak-anak kita.
Riilnya, minimal mengurang model konten mengguyur kakek[1]nenek untuk mendapatkan saweran. Bagi yang sedang bergiat bidang cagar budaya, keberadaannya bukan semata papan nama bertuliskan “situs budaya xxxx” cagar budaya adalah platform.
Begitu juga bagi yang bergiat bidang teknologi digital tidak berhenti pada pemikiran aspek kebutuhan pasar, atau rela “membodohkan” diri sekadar untuk memenuhi indikator viral yang bertujuan pada popularitas hingga cuan.