Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Gelombang Panas, Angin Kering, Lahan Terbakar: Masih Ada Waktu Memperbaiki Tatanan Iklim yang Rusak

Redaksi
×

Gelombang Panas, Angin Kering, Lahan Terbakar: Masih Ada Waktu Memperbaiki Tatanan Iklim yang Rusak

Sebarkan artikel ini

Celakanya, selain Yunani, gelombang panas dan angin kering juga terjadi di Italia, Kanada, Rusia, Aljazair, dan Amerika Serikat. Di Rusia, asap menyelimuti ratusan desa di Siberia saat kebakaran hutan berkobar di wilayah ini. Seperti disitir dari laporan Associated Press, asap dari kebakaran hutan menutupi 736 desa dan 9 kota di wilayah tersebut.

Berhenti di situ? Tidak. Di sini, di Asia, juga terjadi musibah tak kalah mengerikan. Saat sebagian benua Eropa dan Amerika kebakaran, Jepang justru mengalami banjir hebat. Hujan deras yang mengguyur pada Sabtu (14/8/2021) menyebabkan banjir di sejumlah tempat, terutama di Jepang bagian barat.

Banjir juga mengakibatkan tanah longsor. Kantor berita AFP melaporkan, hampir dua juta orang didesak untuk mencari perlindungan diri. Pihak berwenang di tujuh wilayah, terutama di bagian utara Pulau Kyushu, mengeluarkan peringatan evakuasi tertinggi ketika badan cuaca melaporkan tingkat hujan yang belum pernah terjadi sebelumnya di daerah tersebut.

Selain di Jepang, banjir juga terjadi di kota Liulin, Provinsi Hubei, China. Banjir ini telah memakan korban jiwa sebanyak 21 orang. Hujan deras yang terjadi sejak Rabu (11/8/2021) memaksa 8.000 warga meninggalkan tempat tinggal guna mengungsi.

Serius Mengatasi ‘Kode Merah’

“Jika kita menyatukan kekuatan sekarang, kita dapat menghindari bencana iklim. Tapi, seperti yang dijelaskan oleh laporan pada hari ini, tidak ada waktu untuk penundaan dan tidak ada ruang untuk alasan.” Kata Sekjen PBB Antonio Guterres, mengomentari laporan IPCC.

Rangkaian bencana akibat perubahan iklim telah menelan ribuan nyawa dan belum ada tanda itu akan berhenti. Butuh upaya bersama untuk menstabilkan iklim dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Upaya itu harus kuat, cepat, dan berkelanjutan, serta mencapai emisi karbon ‘nol bersih’.

Cara terbaik terhindar dari bencana iklim adalah mengurangi secara drastis sumber emisinya. Dunia harus mengurangi setidaknya 45% emisi karbon pada 2030 agar suhu tak naik 1,5 derajat Celcius. Jumlah emisi sekarang sebanyak 51 miliar ton setara CO2.

Indonesia tentu saja bukan tempat yang dikecualikan dari dampak perubahan iklim. Ada pekerjaan rumah untuk menggalakkan transisi energi dari batu bara menuju energi terbarukan. Selain itu, masih ada target penurunan emisi Indonesia yakni 29 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional yang masih jauh dari harapan. []