Jika menilik kehidupan petani di masa lampau, rumah tangga petani biasanya sekaligus juga menjadi peternak. Dan biasanya pula petani memilih ternak ruminansia seperti Kerbau, Sapi, Domba ataupun Kambing. Kotoran hewan ternak itulah yang menjadi sumber utama pupuk organik bagi lahan-lahan pertanian mereka.
Namun dengan semakin pesatnya pertumbuhan penduduk, petani semakin kesulitan untuk memelihara ternak karena semakin sempitnya pekarangan mereka. Kandang-kandang yang biasanya ditempatkan di pekarangan belakang rumah petani sekarang harus digusur karena lahannya digunakan untuk rumah tinggal manusia. Pertanyaanya Mengapa petani memilih ternak ruminansia?
Pilihan tersebut mestinya bukan terjadi secara kebetulan belaka. Selain dapat membantu pekerjaan di lahan, alasan petani memilih ternak ruminansia adalah pertimbangan ekonomis. Kita semua paham bahwa usaha peternakan sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan yang kontinyu. Dan secara umum biaya pakan untuk usaha peternakan kurang lebih mencapai 70 % dari total keseluruhan biaya.
Jika petani membudidayakan ternak ruminansia maka mereka tidak perlu mengeluarkan biaya sepeserpun untuk membeli pakan. Sebab pakan untuk ternak ruminansia sudah tersedia secara melimpah di sekitar rumah maupun di lahan pertaniannya. Pola yang biasanya diterapkan oleh petani adalah sepulang dari lahan biasanya mereka akan ngarit sebentar di sekitar sawahnya untuk mendapatkan pakan bagi ternak-ternaknya.
Namun begitu saat ini pola seperti itu sudah semakin sulit untuk dijalankan karena ternak ruminansia membutuhkan lahan untuk kandang yang relatif luas. Padahal di sisi yang lain pekarangan rumah petani sudah semakin sempit. Dan jika harus memelihara ternak non ruminansia semacam Ayam, Itik atau Unggas yang lain maka petani harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli pakan.
Dan itu berarti tidak efisien. Jika ternak unggas tersebut dipelihara dengan pola diumbar maka tujuan petani untuk mendapatkan kotoran hewan yang selanjutnya digunakan sebagai pupuk organik justru tidak akan tercapai.
Kelinci : Sebuah Jalan Kembali
Mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang saat ini dialami petani, maka ternak Kelinci adalah solusi yang paling mungkin untuk merambah pada jalan kembali kepada pertanian organik terutama dalam penyediaan pupuk organik secara mandiri. Kelinci adalah merupakan jenis ternak pseudo-ruminasia.
Budidaya Kelinci selain tidak memerlukan lahan kandang yang luas, Kelinci juga tidak memerlukan biaya untuk menyediakan pakan karena Kelinci tergolong ternak pseudo-ruminansia yang hanya membutuhkan rumput dan dedaunan untuk pakan utamanya. Pemeliharaan kelinci sangat menguntungkan, selain modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar juga dapat berkembangbiak dengan cepat, karena pada umur 4 sampai 6 bulan sudah dapat dikawinkan.