Prabowo mengklaim produksi pangan melimpah hingga harus bangun 25.000 gudang, tapi data BPS justru bicara lain.
BARISAN.CO – Presiden terpilih Prabowo Subianto menyatakan bahwa produksi jagung dan beras saat ini mengalami lonjakan hingga menyebabkan kesulitan penyimpanan. Karena itu, ia menggagas pembangunan cepat 25.000 gudang darurat atau gudang improvisasi, yang diklaim menggunakan bahan tahan lama hingga 10 tahun. Program ini diumumkan bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2025.
Namun, klaim tersebut dinilai belum sepenuhnya didukung data oleh pengamat ekonomi dari Bright Institute, Awalil Rizky.
Menurutnya, data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada hari yang sama justru menunjukkan produksi yang meningkat secara moderat, bukan melonjak drastis.
“Data BPS memang menunjukkan kenaikan produksi, tapi belum bisa dikategorikan sebagai melimpah,” ujar Awalil Senin (5/05/2025).
Ia menyoroti bahwa total produksi padi Januari–Juni 2025 diperkirakan 32,57 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), naik 11,17% dibanding tahun sebelumnya. Namun, angka ini masih di bawah produksi 2018 yang mencapai 35,19 juta ton.
Hal serupa terjadi pada produksi beras. BPS memperkirakan produksi beras Januari–Juni 2025 mencapai 18,76 juta ton.
Meskipun lebih tinggi dari tahun lalu, jumlah itu masih setara dengan produksi tahun 2022 dan 2023, serta belum menyamai capaian 2018 sebesar 20,17 juta ton.
“Produksi memang naik, tapi bukan berarti ada lonjakan luar biasa sampai harus membangun puluhan ribu gudang secara darurat,” imbuh Awalil.
Ia juga mencatat bahwa pertumbuhan luas panen padi yang naik 11,90% tidak sebanding dengan pertumbuhan produksinya, sehingga diduga terjadi penurunan produktivitas. “Kemungkinan tambahan lahan berasal dari daerah berproduktivitas rendah,” tambahnya.
Dalam pernyataan sebelumnya, Prabowo juga menegaskan bahwa Indonesia tak perlu lagi mengimpor beras karena produksi dalam negeri cukup. Namun, menurut Awalil, kebijakan itu harus dilihat dalam konteks tahun-tahun sebelumnya.
“Pada 2023 dan 2024, impor beras mencapai rekor tertinggi, masing-masing 3,06 juta dan 4,52 juta ton. Itu menyebabkan banyak gudang—termasuk milik Bulog—penuh oleh stok impor,” ujarnya.
Ia menduga pembangunan gudang improvisasi bisa menjadi solusi logistik yang secara tidak langsung tetap mendukung penyimpanan beras impor, meskipun Prabowo menyebut program ini untuk menyerap hasil produksi petani lokal.
Selain itu, Prabowo menargetkan pembangunan gudang koperasi dan fasilitas penyimpanan termasuk cold storage di 80.000 desa dalam 3–4 bulan ke depan. Bagi Awalil, pernyataan itu menimbulkan pertanyaan baru soal kesiapan anggaran dan kapasitas pelaksanaan di lapangan.