Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Gunung Puntang, Ada Puing Sejarah Radio Terbesar di Dunia

Redaksi
×

Gunung Puntang, Ada Puing Sejarah Radio Terbesar di Dunia

Sebarkan artikel ini

Perkembangan dan proses operasional Stasiun Radio Malabar terus berlangsung sampai pada 1929, ketika William Frederik Christiaan Dieben alias Willy Derby menyanyikan lirik lagu ‘Hallo Bandoeng’ dari Stasiun Radio Kootwijk Belanda yang disiarkan langsung untuk didengarkan pemirsa Radio Malabar di Hindia Belanda (Indonesia).

Pada 1942, kabar mengenai serangan Jepang ke Indonesia membuat pengurus Radio Malabar resah. Semakin hari, kabar tersebut semakin berujung pada kenyataan. Oleh karena itu, guna menyelamatkan stasiun radio dari pihak lain, khususnya Jepang, salah satu pejabat Radio Malabar, Van der Berg, mulai menghancurkan beberapa peralatan penting di sana. Hal ini bertujuan, bila memang nanti jatuh ke tangan bangsa Jepang, Radio Malabar tak akan berfungsi sama sekali.

Meski demikian, Menurut Ridwan Hutagalung, penggiat sejarah Bandung, seperti ia kutip dari Pemberontakan Cileunca, Pangalengan, Bandung Selatan (1996) karya Ahmad Mansur Suryanegara, Stasiun Radio Malabar sempat menjadi media propaganda Jepang dengan melakukan kontak dengan Hooshoo Kanri Kyoku di berbagai daerah lain di daerah pendudukannya.

Saat peristiwa Bandung Lautan Api yang bermula sejak 1945, berimbas pada Gedung Stasiun Radio Malabar ikut dihancurkan masyarakat di tahun 1946. Kawasan yang dibangun megah itu menyisakan puing-puing tak terawat.

Bekas-bekas kejayaan Stasiun Radio Malabar masih bisa dilijat, terdapat bekas-bekas lapangan tenis, kolam renang, bekas bioskop, bekas toko, dll. Tentu saja, berbagai fasilitas lengkap tersebut, ditujukan agar para pegawai Stasiun Radio Malabar dahulu menjadi betah tinggal di daerah terpencil.

Apa yang telah dicapai Stasiun Radio Malabar pada waktu itu merupakan prestasi tersendiri yang patut dicatat oleh sejarah perkembangan radio dunia. Dengan semua teknologi yang diterapkan Radio Malabar kala itu, ternyata berhasil membuka komunikasi langsung dari Indonesia ke Negeri Belanda. Bahkan Ratu Belanda juga sempat mengudara dan disiarkan secara langsung oleh Stasiun Radio Malabar.

Stasiun Radio Malabar secara tidak langsung terkait dengan perkembangan komunikasi radio di tanah air. Radio Malabar juga dapat dikatakan sebagai titik ujung dari sejarah berbagai aktifitas komunikasi modern di Indonesia. Karena dalam riwayatnya, jaringan komunikasi yang melibatkan Radio Malabar turut menjadi latar belakang berdirinya organisasi yang disebut PTT, yang menjadi cikal bakal berdirinya PT. Telkom Indonesia dan PT. Pos Indonesia yang saat ini berkantor pusat di Kota Bandung. []

Penulis: Busthomi Rifa’i