Scroll untuk baca artikel
Opini

Habibie dan Anies vs BRIN dan Kencur

Redaksi
×

Habibie dan Anies vs BRIN dan Kencur

Sebarkan artikel ini

TERLALU banyak kontroversi yang dibuat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Padahal lembaga riset biasanya bekerja dalam sepi. Mereka tak banyak cakap tetapi sibuk meneliti atau riset di laboratorium.

Tetapi BRIN yang mengintegrasikan semua lembaga penelitian milik pemerintah dan mengelola duit mencapai Rp6,3 triliun untuk tahun 2023, justru bukan sibuk mempromosikan hasil riset dan inovasi baru tetapi malah senang bikin kontroversi.

Justru program bagus seperti pengembangan drone dan sistem deteksi dini tsunami malah diaborsi.

Puncaknya, Komisi VII DPR dalam kesimpulan rapatnya meminta Presiden Jokowi untuk memecatnya. Alasannya, sejumlah program tidak berjalan dan ada masalah salah sasaran dengan anggaran tahun 2022. Karena itu anggota Dewan juga meminta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk melakukan audit spesifik.

BRIN dibentuk lewat keputusan politik karena diatur dalam undang-undang. Namun, publik tidak menduga sampai lembaga yang ‘sangat ilmiah’ ini bakal dipolitisasi.

Tadinya, cukuplah kementerian atau lembaga lain yang menjadi bancakan partai politik. Namun, harapan publik sirna karena Ketua Dewan Pengarah BRIN dijabat oleh ketua umum partai pemenang pemilu, Megawati Sukarnoputri. Bagaimana bisa lembaga riset dihuni politikus?

Namun yang membuat publik dan netizen sakit hati adalah ada upaya Kepala BRIN Laksana Tri Handoko yang menihilkan peran Presiden ke-3 Indonesia B.J. Habibie. Sementara ingatan publik tak mungkin dihapus yang menempatkan Habibie sebagai sosok spesial dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sikap Laksana ini dianggap keterlaluan setelah muncul video yang secara vulgar yang intinya, lupakanlah masa kejayaan Habibie karena sudah tidak relevan lagi dengan kondisi mutakhir.

Malah secara satire menurut Laksana, justru sekarang ini lebih penting mengembangkan riset di bidang kencur.

Kontan saja, unggahan Laksana itu yang mencoba menihilkan peran Habibie tersebut mendapat reaksi balik dari publik. “Oh, Bapak mau jualan seblak ya,” tulis seorang netizen.

Anggota DPR Fadli Zon pun tak kalah pedas menuding Laksana sebagai orang yang tak selevel dengan Habibie.

“Tolong jangan bandingkan dengan Pak Habibie, beda level playing of field,” sindir Fadli Zon lewat akun media sosialnya.

Saran Anies

Kondisi BRIN yang politis ini yang membuat banyak mahasiswa dan ilmuwan Indonesia yang belajar dan mengajar di luar negeri enggan untuk pulang dan mengabdi di Indonesia.

Mereka pulang pun mentok sampai Singapura, Thailand atau Malaysia. Banyak sekali ilmuwan Indonesia di ketiga negara tersebut karena sangat kondusif untuk berkarya. Jauh dari intrik politik yang justru menjadi noise dalam berkarya.

Saat berdialog dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) London, Anies Rasyid Baswedan menyarankan agar mahasiswa yang telah lulus nantinya jangan cepat-cepat pulang ke Indonesia.

“Bekerja dulu, cari pengalaman dan perbanyak jaringan. Jangan buru-buru pulang,” katanya.

“Kalau pulang cuma bawa ijazah belajar jarak jauh saja,” tambahnya.

Saran ini, relevan juga untuk para ilmuwan yang berdiaspora. Tetaplah bekerja dan berkarya di luar negeri. Jangan tergiur untuk pulang karena Indonesia sedang tidak baik-baik saja.

Janganlah menambah pengangguran di Indonesia. [rif]