Scroll untuk baca artikel
Blog

Hajatan Jakarta Tak Sekadar Istilah

Redaksi
×

Hajatan Jakarta Tak Sekadar Istilah

Sebarkan artikel ini

Padahal bangsa ini sudah terbiasa dengan perbedaan. Ini diajarkan sangat luhur oleh para pendiri bangsa ini. Perbedaan diselesaikan dengan argumen dan musyawarah. Bila perlu mengalah untuk bangsa, seperti dihapusnya tujuh kata dalam Piagam Jakarta.

Sebenarnya merekatkan bangsa dari perpecahan ini adalah tugas Presiden. Pak Jokowi sangat berkuasa dan kekuasaan itu bisa digunakan untuk merekatkan bangsa. Kita sangat merindukan Presiden yang bisa mengelola perbedaan menjadi sebuah kekuatan yang produktif bukan malah destruktif.

Tapi sayangnya, sampai saat ini belum ada tanda-tanda dari Presiden Jokowi untuk merekatkan bangsa yang pecah ini. Masih ada anggapan kelompok yang mengkritisi pemerintah seperti oposisi hanya penganggu pembangunan.

Dulu ada anggapan setelah Presiden Jokowi menjadikan Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan dan Sandiaga Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi kreatif semuanya akan selesai. Perpecahan di masyarakat akan selesai! Namun, Presiden lupa bahwa pendukung Prabowo-Sandi adalah kelompok yang mendukung ide atau platform bukan pendukung buta. Ketika idenya berbeda mereka sebenarnya lepas dengan sendirinya karena Prabowo-Sandi sudah masuk dalam kolam.

Kelompok kritis ini tidak selamanya menganggu banyak dari mereka tergerak karena risau melihat ketidakadilan dan penyimpangan yang sudah telanjang. Justru para penjilat atau pembisik yang memiliki konflik kepentinganlah yang membahayakan seorang Presiden dan juga Negara.

Anies rupanya mengambil inisiatif ini. Anies mencoba mewujudkan kembali kohesi sosial dan kebersamaan di antara warga Jakarta lewat perayaan dan pesta bersama bernama Hajatan Jakarta. Melalui hajatan inilah warga Jakarta kembali direkatkan. Maju kotanya, bahagia warganya. Maju negaranya, bahagia bangsanya!

Di kalangan masyarakat Betawi dan Sunda istilah hajatan itu maknanya sangat luas. Di sana ada kebersamaan, gotong royong dan perasaan senasib atau empati. Si kaya dan si miskin juga memiliki hak yang sama untuk menikmati hajatan dan pesta. Bahkan di kampung-kampung hajatan digelar biasanya setiap rumah membawa makanan sendiri untuk dinikmati bersama. Atau ada yang membawa bahan makanan kemudian dimasak secara bersama-sama dan disantap ramai-ramai.

Ya, Selamat Hajatan ke-495 DKI Jakarta pada 22 Juni 2022. Semoga hajatan kali ini tidak hanya menginspirasi tetapi juga dapat merajut kebersamaan masyarakat Indonesia yang terpecah sebagai dampak Pemilu 2014 dan 2019.

Dan, bulan Agustus 2022 kita juga akan memperingati Hajatan ke-77 Indonesia.